Cover buku |
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Terjebak Renjana Dalam Luka
Karya : Nida Afifa
Langit mendung masih memberengut.
Mengiringi rintik hujan jatuh ke bumi.
Kita insan yang menapaki hamparan luas.
Menuju rumah untuk pulang berteduh dan menetap.
Namun, kita memilih menelusuri jejak setapak diatas jurang yang curam.
Berpetualang bersama rasa yang kita jaga.
Sedang kini kita berada di ujung jalan.
Memilih melepas untuk tak beriringan.
Sebab renjana telah memudar tak membekas.
Rengkuhan yang harusnya hangat.
Terpaksa lepas dihempas hembusan debu.
Dingin kini menjalar menusuk ulu hati.
Kita yang pernah saling lalu menjadi asing
Janji yang kita ciptakan untuk saling menepati.
Kini hilang bersamaan dusta yang kita relas.
Kita sedang menyiksa diri, tapi tak bisa nambani.
Kita sudah terlalu rapuh untuk berpura-pura kokoh.
Luka yang terkoyak parah mustahil untuk dijelujur.
Sebab lara yang membara sulit dipadamkan.
Kita bagaikan kayu lapuk digerogoti rayap.
Tetap bertahan terhadap sakit menjalar.
Sebab ego kita beradu tak mau kalah.
Kita yang pernah ada lalu saling melupakan.
Memaksa lupa atas kenangan masa lalu yang tercipta.
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.