SURGA DALAM DOSA - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


SURGA DALAM DOSA


Jika surga bisa berbicara

Dia adalah juru bicaranya yang terakhir

Setiap hari minggu semakin muram

Racun segar di setiap pekan


“Kita terlahir sakit” kau dengar mereka mengatakan nya?

Masjidku tak tawarkan pengampunan dosa

Satu-satunya surga dimana aku akan dikirim

Adalah saat aku hanya bersamamu


Aku terlahir sakit tapi aku menyukainya

Perintahkan aku agar sembuh

Akan aku ceritakan dosa-dosaku padamu

Dan kau bisa mengasah pisaumu


Menawarkan kematian abadi itu padaku

Ya Tuhan, biarkan aku memberimu hidupku

Dalam kegilaan dan lumuran adegan duniawi yg menyedihkan

Baru saat itulah aku menjadi manusia, seperti sedia kala

Dear dosa, akan ku bersihkan segalanya hari itu juga dimana nada jadi luka dan kini ku lebur diatlantika.



PERMAINAN CINTA


Setelah ribuan tahun mengarungi samudramu

Aku tak berhasil mencapai daratan

Dan lebur didalam permainan

Hanya hati hancur yang tersisa


Aku masih memperbaiki semua retakannya

Kehilangan beberapa bagian saat

Aku membawanya pulang kerumah 

Aku takut dengan diriku sendiri 


Pikiranku terasa seperti pulau asing

Keheningan berdering di dalam kepalaku 

Kan ku habiskan semuanya (cinta) yang telah aku simpan 

Kita berdua tidak akan bisa bersama

Walau senja tlah terbenam, menyisakan luka yang mendalam. 



SENJA DAN LANGIT 


Bertahun-tahun waktu dan cuaca menguji setiamu

Bumi dan langit yang menciptakan senja 

Berharap cahayanya tak akan pernah redup. 

Meski angin teramat kencang


Dan air berjatuhan dari langit dan menggempur pepohonan 

Pada detik-detik penting ini ku awali dengan memanggil para malaikat 

Sebelum  itu langit berjanji kepada senja 

“aku langit  akan berjanji kepada semesta untuk tetap setia, dan rela menunggu senja di lain waktu”


Bertahun-tahun yg lalu, langit memproklamasikan kepada semesta bahwa akan setia 

Namun waktu berbicara lain, langit lelah dan telah runtuh, tak ada penopang senja, dan ia pun sama bernasib seperti langit. 

Jika ada awal maka ada akhir

Jika kmu senja, maka aku langit

Ini akhirnya,  akhir dari semua 

Akhir perjalanan cinta. 



MIMPI


Masih ingatkah kau mimpiku? Itu mimpimu juga bukan? 

Dulu dalam alunan kehidupan kau berkata akan setia 

Bermimpi itu mudah mewujudkan itu yang sulit

Lupakanlah, dan biar semua menguap keatas bersama sisa tangis dan lengkingan luka


Dan bila kutuliskan kenangan yang terpatri ini

Yakinkan hatimu untuk selalu terluka

Maka kelak orang tak perlu lagi bertanya kenapa. 


Dan dari luar pagar kupandangi tempat itu, memang cinta telah tertanam namun cuma menjadi cuka, 

Demikianlah tanah gersang berbatu

Tanah tergores pada luka yang ditoreh ada janji yang mengekang. 

Harusnya kita berakhir dikebahagiaan


Selain sia-sia mungkin memang tak ada dosa diantara kita. 

Cuma kita tak paham kemana sebenarnya kita sedang berjalan

Demikianlah waktu bicara, bersepakat dengan kita

Biarkan tempat itu tetap suci. 

Kita sangat berbeda. 

Kau memilih semak aku mengembara di belantara. 


Tapi aku tak berhasil menyelami samudramu 

Aku tak berhasil menangkap kalimat-kalimatmu

Kau senja dan akan terbenam

Aku langit yang kekal

Mari kita melupa! Menjadi bijak melukis air mata

Dan mengakhirinya dengan luka. 




SELALU KU DENGAR


Selalu ku dengar kata-kata berkilatan terucap dari bibirmu

Merindukan embun jatuh dari daun kering

Diatara bunyi klakson dan polusi udara 

Adakah kau dengar lengkingan luka yang membara

Jejak kesetiaan yang memudar

Tanda kehancuran. 

Diparu-paru kesedihan dan ku masih menunggu? 


Merindu, adakah kau lihat? 

Biru langit mengkilap bersamaan dengan senja yang menyilaukan disore hari

Mulut terkunci, otak berfikir, ditikam gemuruh bumi dan hati tak berdaya,  apa kau tau? 

Hanya jejak tapak kaki kita saja yang tersisa 

Dijalan raya yang penuh luka."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.