Cover buku |
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Seperti apa hidup itu?
Roda roda terus berputar.
Itu tanda masih ada hidup.
Setiap hari nya mudah berubah.
Seiring berjalan, kita mulai sibuk akan peran sendiri.
Bagi si cantik dan cerdas.
Dua hal itu membuat segalanya mudah.
Semudah menjentikkan jari tangan.
Bagi si sabar dan tidak pernah menuntut apapun.
Hidup mengharuskannya bersemangat, mandiri, dan renjana.
Adapun si jenius.
Dengan segala sesuatu yang harus diraih dengan kerja keras.
Tapi apakah keberuntungan selalu menyertainya?.
Semua serba jungkir balik.
Serba mengejutkan.
Seperti hidup itu sendiri.
- Nabilah awaliah
Diasingkan
Bocah itu tidak berdosa.
Namun bocah itu harus merasa pilunya hati.
Sepasang matanya hanya mampu memandang dari jauh.
Dengan genggaman penuh antusias.
Dan bibirnya yang selalu tersenyum.
Sungguh mengerikan.
Malu jika ditanya ""Apakah masih punya nurani?"".
Penilaian harga manusia, benar-benar membuatnya takut.
Bagaimana rasanya diasingkan?
Bocah itu pikir kesuksesan mereka hanya sedang tersendat sendat seperti keran air PAM di musim kemarau.
-Nabilah awaliah
Angin perubahan
Aku pergi ke Pasar Ciracas.
Kali Pengantin Ali kususuri.
Perubahan berhembus sepoi.
Dimulai dari bersenang.
Bertahan pada hiruk pikuk pasar.
Hingga dikenang.
Mungkin moral positif kami, bukan dari yang sok suci.
Tapi lirik puisi tidak beraturan ini, ajarkan hidup mandiri.
Bocah-bocah bebas bermimpi.
Pada angin perubaham yang berhembus.
Rasakan angin yang kini menerpa.
Biarkanlah ia gemakan kebebasan.
-Nabilah awaliah
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.