Senja dan Seribu Harapan

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 Senja dan Seribu Harapan

Karya : Vitra Yuliza


Langit berwarna merah keperak-perak an

Terlihat di ufuk barat yang mewarnai 

Indah nya langit senja

Senja banyak mengajarkan yang datang

 akan selalu pergi

Air mata tak henti-henti nya berjatuhan membasahi pipi

Bergitu indah nya kuasa mu ya allah

Bertapa aku ingin melihat keindahan mu

Esok,bersama orang-orang yang ku sayangi

Yang selalu memberikan aku semangat

Menuju sebuah jalan kesuksesaan

Ya allah jika boleh aku berharap bisa melihat senja 

Bersama mereka tanpa ada tangisan

Dan aku berharap hanya senyuman dan

Bahagia lah yang mengiasi senja mu ya allah






Doa dan Tahajjud

Karya : Vitra Yuliza

Di sepertiga malam di atas sajadah 

Warna biru ku duduk bersimpuh

Di hadapan maha kuasa

Bayangan-Bayanga kelam tak pernah hilang dari ingatan ini

Bergitu sakit dan sulit untuk di lupakan

Bertapa hati ini telah menyesal

Telah melupakan sang pencipta

Ya allah bertapa sesak hati ini

Memohon ampun kepada mu

Apakah aku masih pantas?

Mendapatkan ampunan mu ya allah

Jika tidak,jadikan ini sujud terakhir ku

Pada mu ya allah

Supaya aku tak merasakan sakit lagi

Jika mengingat bayangan-bayangan masa lalu yang kelam








Malam Yang Telah Pergi

Karya : Vitra Yuliza

Di keheningan malam

Bagaikan kota mati

Ya kota mati itu…

Tanpa kehidupan

Dingin,sunyi,gelap

Bercampur menjadi satu 

Dingin malam yang mencekam

Seakan-akan membekukan seluruh tubuh

Hati yang telah beku

Hanya bisa diam membisu

Tanpa memikirkanmalam semakin larut

Badan yang gemetar

Dan anggan-anggan semakin mengahantui

Kapan semua ini akan usai

Apakah aku harus tetap berdiam diri disini?

Sambil memangku tangan tanpa kehangatan

Hanya ada dingin yang menyelimuti

Badan yang kuat dan kokoh ini

Telah mati rasa

Dalam gelap nya malam


"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.