Satria Yang Penakut dan Manja - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 Satria Yang Penakut dan Manja

Oleh Nazwa Siti Fauziah 



""Ibu!!! Tunggu! Ibu jangan begitu ibu, ini salah Satria kok. Jangan menangis ibu"". Ucap seorang anak laki-laki yang mengejar ibunya ke kamar.



Namanya adalah Satria Putra, tahun ini dia genap 8 tahun. Ia sedang duduk di bangku sekolah dasar kelas 3. Biasanya anak seumuran Satria sudah seharusnya mulai berani bukan? Tapi lain dengan Satria dia sangat takut untuk melakukan apapun bahkan selalu ingin ditemani oleh ibu nya, sehingga Satria menjadi kurang bersosialisasi dan tidak memiliki teman.



Hal ini terjadi karena sewaktu dia ditaman kanak kanak, teman temannya selalu mengerjainya bahkan mengejeknya. Seharusnya Satria tidak takut dan menangis karena mereka hanya bercanda dan bermain main saja tetapi Satria malah takut lalu menangis dipelukan ibunya. Semenjak saat itulah satria takut untuk berteman dan bersosialisasi. Bahkan karena itu Satria menjadi takut untuk melakukan apapun dan menjadi manja.


""Ibu!!! Ibu!! Ibu dimana Bu? Ibu!!"". Teriakan Satria memanggil ibunya.


Mendengar teriakan Satria, ibu pun langsung bergegas keluar dari dapur dan langsung mengahampirinya seraya berkata : 

""Iyah nak, ibu disini. Ada apa?"". 


""I-itu Bu. Satria ingin mencoba mainan pasir kinetik itu Bu. Ta-tapi satria takut, Satria takut salah"". Ucap Satria dengan gugup.


""Ya ampun nak, Hanya bermain pasir kinetik saja kamu takut. Apalagi bermain perang perangan"". Ucap ibu dengan kesal.


Satria tidak bisa berkata apapun dan hanya terdiam. Sejenak ibu menghela nafas, lalu berkata :

""Baiklah, ibu akan meragakan cara bermainnya dan kamu perhatikan dengan baik jangan sampai kamu panggil ibu untuk meragakannya lagi"".


Satria diam tak bersuara dan menganggukkan kepalanya tanda ia paham dan setuju.

Setelah itu ibu pun kembali ke dapur untuk memasak.




Hari demi hari pun berlalu

Masih tidak ada perubahan dalam diri Satria dan bukannya sikap manja dan takutnya hilang tetapi malah bertambah dan semakin menjadi-jadi.


""Ibu!! Ibu!! Ibu dimana? Ibu!!"". Teriakan Satria memanggil ibunya.


Setelah Satria berteriak, tidak ada jawaban apapun sehingga Satria terus saja berteriak sambil berjalan mencari ibunya. Satria tidak melihat kondisi ibunya sedang sibuk ataupun sedang melakukan suatu hal yang terpenting baginya adalah ibunya datang menghampirinya dan melakukan apa yang dimintanya. 


Kala itu ibu Satria sedang berbaring dikasur kamarnya karena semalam ibu baru saja menyetrika baju dan membuat pesanan katering, ibu sampai harus bergadang karena pesanan katering akan dibawa pagi ini. 


Meskipun Satria mengetahui hal itu tetap saja Satria membangunkan ibunya, seraya berkata :

""ibu!! Ibu!! Bangun!! Ibu bantu aku mengerjakan pekerjaan rumah Bu!! Ibu!!"". Ucap Satria sambil menggoyang goyangkan badan ibunya yang sedang berbaring.


""Em... Iyah nak? Ada apa?"". Dengan keadaan setengah sadar ibu mencoba untuk menjawab panggilan Satria.


""Ibu, Bantu Satria mengerjakan pekerjaan rumah Bu"". Ucap Satria sambil merengek.


Ibunya hanya bisa menatap nya dan menghela napas, lalu ibu bangkit dari kasurnya dan pergi ke kamar satria untuk membantunya mengerjakan pekerjaan rumah.




 Keesokan harinya, dihari Minggu pagi ibu mendapatkan banyak sekali pesanan katering sehingga ia dibuat sibuk seharian oleh pesanannya itu. Di pagi hari ini sampai siang hari biasanya Satria mengerjakan pekerjaan rumahnya serta bermain. 


Disaat ibu sedang sangat sibuknya, tiba tiba satria berteriak memanggil ibunya. Lalu ibu menjawabnya dengan mengatakan ""tunggu sebentar nak, ibu sedang sibuk"".


 Tetapi Satria terus saja memanggil ibunya, karena Satria terus memanggilnya akhirnya ibunya pun menghampirinya dengan wajah kesal.

""Iyah? Ada apa Satria Putra? Mengapa kamu memanggil ibu?"". Tanya ibu dengan kesal.


""I-ibu itu aku ma-mau menanam bunga di halaman tapi aku takut, bisakah ibu menemaniku?"". Jawab Satria


"" Hah... Sampai kapan kau akan mulai berani? Kau itu sudah mau besar, masa mau terus bergantung kepada ibu. Ibu ini gk selalu ada kala ibu pergi ataupun ibu tiada. Lalu apakah setelah itu kamu masih akan terus bergantung kepada ibu? Mulailah untuk tidak bergantung pada siapapun"". Ucap ibu sembari mengusap kepala satria.


Satria mengerti ucapan ibu dan ia pun menundukkan kepalanya. Lalu ibu kembali melanjutkan pekerjaannya sedangkan Satria masih terdiam tak bersuara didalam kamar.



Selang beberapa jam kemudian, Satria kembali lagi memanggil ibunya dan ibunya kembali lagi menghampirinya. Setelah itu Satria meminta ibu mengajarinya dan ibupun melakukannya. 


Tidak ada habisnya Satria terus saja  memanggil ibunya setiap beberapa jam kemudian, rasa kesal dan emosi yang meningkat dirasakan oleh ibunya. Pesanan katering nya belum terselesaikan semuanya, ibu baru saja menyiapkan pesanan untuk beberapa pesanan saja. 


Dan saat ibu sedang sibuk menata dan memasukan pesanan kateringnya kedalam wadah, Satria kembali memanggilnya. Untuk sesaat ibu tidak menjawab, lalu Satria terus saja memanggil ibunya hingga kesabaran ibunya Habis dan langsung menemui Satria dikamar.

""Ada apa lagi sih? Daritadi terus saja memanggil ibu, tidak bisakah kamu lakukan semuanya sendiri? Ibu tuh sedang sibuk menyiapkan pesanan, apalagi pesanan hari ini sedang banyak"". Ucap ibu dengan nada bicara yang lumayan tinggi.


""Itu Bu, Satria mau buat origami seperti itu"". Ucap Satria sambil menunjuk ke televisi yang sedang menyiarkan acara membuat origami . 


""Huh...gak bisa kah kamu buat sendiri? Belajar aja sendiri nanti kalo susah minta bantuan, kalo gini terus kapan kamu mau berani dan mandiri? Kamu tahu kan ibu banyak pekerjaan? Kenapa kamu terus saja mengganggu ibu, kalo gini terus kapan selesainya?"". Ucap ibu sambil marah kepada Satria.


""Ibu.. Maaf kan aku ibu, aku memang bukanlah anak yang baik apalagi berani dan mandiri"". Ucap Satria dengan mata yang berkaca-kaca.


""Mungkin ibu yang salah membesarkanmu, ibu terlalu memanjakanmu sehingga kamu menjadi manja begini. Dan seharusnya ibu lebih tegas padamu agar kamu tidak manja, ibu seharusnya mengajakmu main diluar rumah agar kamu mau bersosialisasi. Tapi apa daya ibu yang selalu sibuk dengan katering sampai tidak punya waktu untuk anaknya"". Ucap ibu dengan penuh kecewa dan penyesalan diri.


""Tidak, ibu tidak salah. Ini memang salah Satria, seharusnya Satria tidak penakut dan manja seperti ini"".  ucap Satria sambil menangis tersedu-sedu.


""Tidak ini salah ibu nak, ibu yang tidak bisa membesarkanmu dan mendidikmu dengan baik"". Ucap ibu sambil mengelus - elus kepala Satria lalu ia pun pergi ke kamar untuk menenangkan diri dan menyesali perbuatannya, sedangkan pesanan kateringnya ia tinggalkan terlebih dahulu.


""Ibu!!! Tunggu! Ibu jangan begitu ibu, ini salah Satria kok. Jangan menangis ibu"". Ucap Satria yang mengejar ibunya ke kamar.


//Tok...tok...tok

""Hiks...Hiks...Hiks.. Bu! Buka pintunya Bu!! Maafkan Satria Bu!! Satria yang salah"". Ucap Satria yang mengetuk pintu sambil menangis.


Satria terus saja mengetuk pintu kamar  ibunya sambil menangis, ibunya pun tidak tega membiarkan anaknya menangis tersedu didepan pintu kamarnya. Ibu pun membuka kan pintu lalu memeluk satria.


""Satria!! Kamu tahu gak? Namamu itu memiliki arti sebuah sikap yang harusnya kamu miliki. Satria artinya pemberani dan putra artinya anak laki laki. Jadi Satria Putra artinya anak laki laki yang pemberani. Jadi seharusnya kamu berani karena namamu saja artinya berani. Mulai sekarang belajar untuk menjadi berani dan mandiri yah nak? Ibu akan selalu mendukungmu dan terus berusaha membantumu sebisa ibu, mulai sekarang pun ibu akan berusaha mendidikmu menjadi anak yang baik, berani dan mandiri. Jadi mari berusaha dan berkeja sama, kita pasti bisa"". Ucap ibu sambil tersenyum lebar lalu ibu memberikan jari kelingkingnya sebagai tanda bentuk perjanjian.


Mendengar perkataan ibunya itu,  Satria menangis dan berkata:

""Baik, Mulai sekarang Satria gak akan takut dan menjadi manja lagi. Satria tidak akan mengecewakan ayah yang telah memberikan nama yang sangat bagus kepada Satria. Satria akan berusaha untuk menjadi berani dan mandiri"". Ucap Satria, lalu Satria mengaitkan kelingkingnya ke kelingking ibunya sebagai tanda perjanjian.


""Bagus, terima kasih yah sayang. Mari kita berusaha bersama"". Ucap ibu sambil mengelus kepala Satria.



Setelah perjanjian itu, Satria mulai berusaha untuk menanamkan rasa berani dan mandiri dalam dirinya. Ibunya pun mendukung dan membantunya untuk bisa menjadi anak yang berani dan mandiri.





Hari demi hari pun berlalu dan usaha ibu dan Satria membuahkan hasil, akhirnnya Satria bisa menanamkan rasa berani dan mandiri dalam dirinya dan rasa takut dan manja telah pergi dari dirinya. Sekarang dia pun sudah memiliki banyak sekali teman disekolah nya dan sekarang dia jadi jarang memanggil ibunya untuk membantunya dalam perkara yang kecil. 


Dia pun tidak lagi bermain dirumah, dia mulai bermain diluar bersama temannya kadang diapun mengajak temannya untuk bermain dirumahnya.


Melihat anaknya yang menjadi berani dan mandiri, ibunya sangat senang dan bangga padanya. Sekarang ibu bisa lebih fokus ke kateringnya tapi ibu juga meluangkan waktunya untuk menemani belajar dan bermain Satria dirumah. Karna meskipun anak sering bermain diluar rumah, itu bukan berarti perhatian orang tuanya menjadi berkurang karena sekalipun anak sudah dewasa orang tua pasti akan terus memperhatikannya."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.