https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
PERUNDUNGAN SEMESTA
Desir angin dari sisi barat membawa firasat
Ia membawa berita tentang duka rakyat
Dimana saat mereka terlelap, tanah mendorong dengan kuat
Menambah penat menjadi sebuah sayat
Gelagat suara petir di siang memberi cerita
Mengubah kemustahilan menjadi nyata tanpa reka
Bumi bergetar bukan tanda cinta
Namun mengubah jeda menjadi bencana
Sinar mentari bersinar dengan sombong
Ku kira karena ia merasa kuasa
Nyatanya lahar yang sudah muak dibedong
Ia berontak keluar dari persembunyiannya
Langit tampak anggun dengan sedikit balutan awan putih
Membuat lena tanpa bertanya
Ketika manusia bertaburan dari udara
Bak daun kering jatuh dari rantingnya
Semesta ayolah berdamai sebentar saja
Belum cukupkah kami mengiba pada dunia
Harus dengan apa kita mengambil hatinya
Mungkin dengan coklat atau dengan es krim vanila?
Ayolah katakan!
Sampaikan pesan damai untuk bumi Indonesia
Agar tak ada lagi nestapa
Menjemput bahagia berakhir sejahtera
Hingga tak ada lagi tangisan percuma
RANTAI AMBISI
Gemuruh peluh beradu dengan keluh
Mengundang gundah membawa susah
Memaksa jiwa untuk tak merasa
Demi ambisi meraih cinta
Desir gelora bak banjir melanda
Mendikte asa tak boleh menyerah
Menolak diam bergulir bak roda
Otak berputar tanpa pelumas
Mengapa?
Jiwa jiwa tak bisa lagi berdamai
Mengolah raga tanpa tahu henti
Mengejar dunia penuh ambisi
Kejayaanpun diukur dengan materi
Ayolah para insan mulailah berubah
Berdamai dengan diri, peduli dengan jiwa
Berhenti mendikte asa, mulai memilih cinta
Memulai syukur untuk bahagia
Dunia memang tak henti berotasi
Akan masuh banyak tahun yang harus dilalui
Jangan habiskan tenagamu pada masa kini
Simpanlah untuk masa tuamu nanti
UNTUK MENJADI INDONESIA
Teruntuk Ibu Pertiwi yang saat ini sedang merundung
Lihat anak-anak mu sedang linglung
Mencari kemenangan tanpa lindung
Teruntuk Ibu Pertiwi yang sedang menangis
Lihatlah di ujung sana, golongan bengis
Lihatlah di ujung lain, golongan tragis
Mereka tak bisa mengisi, hanya saling membuat kritis
Mengapa pengorbanan sang kusuma bangsa menjadi tak berarti?
Setiap terjaga hanya ada propaganda
Setiap ingin terlelap hanya ada adu domba
Apa kabar darah pahlawan yang membanjiri nusantara?
Apakah sekarang hanya menjadi mitos belaka?
Bagaimana dengan perjuangan berbayar nyawa?
Apakah hanya akan menjadi cerita sejarah untuk mendongeng saja?
Kapan kita akan menjadi Indonesia?
Dengan segala keelokan, keindahan, dan keberagaman.
Seperti sepenggal lirik lagu, dimana batu dan kayu menjadi tanaman
Tapi kini si batu sudah minder dengan para manusia
Dan si kayu sudah menjadi uang keserakahan para penguasa
Bagaimana dengan birunya lautan sebiru keramah-tamahan bangsa?
Mari lekas bangun
Lekas cuci muka dan sisingkan lengan
Mari bersama menjadi Indonesia yang terbanggakan
Menegakkan hukum dengan seadil-adilnya
Memberantas kejahatan sampai ke akarnya
Memungut sampah di wilayah pemerintahan
Menyatukan berbagai warna menjadi bhinneka
Mengembalikan senyum ibu dengan prestasi andalan
Menenangkan hati ibu dengan perdamaian
Kemudian kita semua kembali menjadi Indonesia
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.