https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Pada langit tak pernah semu
Kukirim katak yang gemar baca buku jejak,
Dari situ letak talentaku di mulai
Otak manusia mulai kosong
Nyali menjulang tinggi.
Lingkaran hitam putih menjelma hutan rimba
Pada saat itu aku bertemu pemuda, dan pemuda itu tiba-tiba berkata
“jangan batasi kaki kelinci itu berjalan melintasi jalan di tepi jurang”
Aku berhenti di tengah kaki jembatan sempit itu dengan berkata
“kenapa begitu?”
“neraka tidak membatasi orang ingin bermanja dengan lintah darah”
“owhhh…”, lalu aku berbalik lagi ke pemakaman
Mengubur segala buku yang sobek itu.
Kuambil buku baru, kutatap buku hitam ini.
Dan… duarrr…
Hati-hati awas anjing galak.
Lintasan perangsang darah.
Gempa darah,
Di jalan semu.
Banyak bercak darah bersimpah dimana-mana.
Awak mulai gugup dengan keadaan seperti itu.
Kutelfon polisi
Yang datang malah seorang anjing galak.
Yang hanya tahu diriku sebagai pemilik darah merah abadi.
Menatap coretan awan di kamar sebelah
“jangan tatap…”, gertak seekor anjing.
Sedang diriku masih bergumam pada rindu.
Bila darah saja bisa kunikmati apalagi hati bisa kumanipulasi jadi debu yang mematikan.
Dan perang batu di mulai.
Di situ dua hari ganjil dan genap.
Penentu bulan purnama akan kembali sempurna.
(3)
Akan kah sifatmu seperti daun yang mengalun sesuai arah angin pergi.
Namun….
Kuharap jangan sampai menguning.sebab, buku ini sudah hampir penuh berisi darah kotormu.
Sedangkan sisanya masih hijau, sedikit retak.
Cakrawala menghapus jejakmu
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.