Cover buku |
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
NUNA SI PERAWAN
Hey, Nuna!
Cepatlah kau kawin hari ini
Bapak sudah tidak sanggup
Menyumpali sesuap nasi untuk kau makan
Nuna terdiam, tak bersuara
Mata lentiknya menyipitkan ketulusan
Lesung pipinya terangkat, merah merona
Bibir ranumnya melengkungkan senyuman
Nuna...
Untuk apa lagi kamu menunggu?
Menimbang, memilih, untuk apa?
Usiamu sudah tidak bisa ditunggu
Nuna mengangguk bak boneka cantik
Api dalam jiwanya padam, ambisinya sudah lama ia kubur
Tapi mengapa?
Mengapa ia terus dibiarkan terbakar?"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.