https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
"MENYAPA PURNAMA DENGAN AKSARA
Sedikit ku bercengkerama pada purnama
Akan rasa yang masih gelisah dilanda asmara
Sedikit ku menengadah ke angkasa
Pun kudapati kau di sana
Begitu pula puisi rayuku
Banyak berbicara tentang namamu
Apakah harus kukirim lembaran itu?
Atau, berdiam dan akhirnya kau menghilang?
Ku harap kau membaca satu atau dua bait
Agar rasa ini tak terlalu pahit
RENJANA
Dialah Renjana, terlahir dari lantunan sajak dan puisi
Ayah ibunya meninggal saat Renjana bayi
Dia dilahirkan dengan hati yang berambisi irama dan sedikit diksi
Serta asmaraloka yang tak kunjung menghampiri
Dialah sang Renjana, yang diutus untuk aksara dan ditempa menggores tinta asmara
Alunan nadanya indah penuh majas
Tertimbun rasa menggerak lisan bertutur sapa
Aku pun tergugu dan terkagum dengan alunan bahasanya
Dialah sang Renjana, yang dibekali semesta pedang tajam untuk menyayat tinta sejarah
Dengan tutur bahasa dan aksara yang membara
Dialah sang Renjana
hidupnya hanya dilingkari titik koma yang tak seirama
Hidupnya hanya penuh dengan tinta dan pena
Hidupnya hanya untuk setia pada puisi dan prosa
Hidupnya berakhir dengan mengukir kisah asmaraloka yang tak pernah ia jumpa
KISAH JEMBATAN TUA
Ketar-ketir?? ku berdiri diatas jembatan tua ini
Namun sayang, sampai sekarang aku tak tau siapa yang punya?
Bukankah segala sesuatu itu ber Tuan?
Hah, hantukah? Pikirku kesal
Esoknya...
Hantunya menghantui di sela-sela mimpiku
Datang, lalu pergi
Meninggalkan bekas yang cukup berarti
Saat khayalan dan haluan sudah pergi
Tinggal aku seorang diri
Menanti mimpi itu lagi
Pun berharap terulang kembali
Tuan hanya duduk berseri
menatapku dengan penuh arti
Tersenyum, tertawa, lalu berkata :
Nak, Tinggalkanlah masa lalu mu, karena akan datang masa depan mu
Aku pun terpaku dan membisu meratapi semua itu
Lama saya tinggalkan tulisan
Kiasan hanya tinggal kiasan
Beberapa sudah tak terlukiskan
Akhirnya terlepas tak bertuan
Tuan mu pergi ke mana, Pak?
Kalaulah sempat
Beritahulah.
Ingin ku ceritakan pada tuan mu kisah Qais yang majnun sebab cinta
Gagak terpekik di tengah gelapnya malam melihat dua insan tak bersama
Tapi ceritaku bukanlah tentang cinta, pak!
Melainkan tentang arti cinta yang terang layaknya kejora.
Bapak tahu?
Qais dihianati
Dia ditinggalkan dengan perih dan sedih
Tapi apa kata Qais, pak
Debu yang ada di sandal jepit Laila,
Lebih aku cintai daripada bumi dan seisinya.
ADAKAH ?
Adakah yang menjual potongan hati?
Jika ada, katakan padaku, aku menginginkannya
Untuk menambal hati yang kian hancur ini
Adakah yang menjual jiwa yang utuh?
Jika ada, katakan padaku, aku ingin membawanya
Untuk mengganti jiwa ku yang sedang rapuh
Adakah yang menjual serpihan rasa?
Jika ada, katakan padaku, aku hendak mencurinya
Untuk mengisi rasa yang pernah ada dan mulai teringat kembali setelah sekian lama
Adakah yang menyewakan alat-alat indera?
Lidahku, mataku, telingaku, kulitku, semuanya merindukan mu
Untuk mu yang asma nya ada di genggaman-Nya
Untuk mu yang merindukan purnama
LAKI LAKI BERMATA PROSA
Sang pujangga mengirim kata-kata indahnya
Ke langit-langit cahaya
Ke kutub-kutub asmara
Ke tenda-tenda penuh cinta
Kedatangannya bak Arjuna
Membuat para Kurawa berlari ketakutan
Menembus angin kesunyian
Dan menancap di hati pecinta sastra dan bahasa
Lantunan sajak dan syairnya menenangkan seperti rintik hujan
Majas dan aksara yang digunakan seperti mendamaikan keadaan
Perempuan pun tertidur dalam pelukan katanya
Mengaminkan setiap asa sang pujangga
Menunggu cinta dan keindahan menyapa"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.