Mencoba Melepaskan Seuntai Rasa - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 "PUISI 1


Mencoba Melepaskan Seuntai Rasa


Merenung dalam khidmat, ku lucuti rasa ini dari rongga kalbu terdalamku. Sakit merongrong angkasa khayalku, tak bertepi maupun berujung.


Wahai rasa, berhentilah melaju. Hati ini sudah lapuk seperti kayu usang. Menenun luka dari hujan dan terik. Ku ingin mengucurkan rindu terhadapmu.

Ku mohon...


Risau tak mudah terhempas. Rasa ingin memiliki semakin mengintimidasi. Diri ini tak mampu egois. Kan ku coba melepaskan rasa mulai dari seuntai.


Peluru perasaan untukmu sudah ku lepas. Dekaplah rasa yang kau ingin. Larilah sejauh mungkin, agar aku tak mengejarmu kembali. Ku di sini tak apa, walau sekujur raga teramat pilu.



PUISI 2 

Lekatnya Mereka Dalam Waktu


Tas anyaman teronggok di balik pintu. Keramik retak menjadi alasnya. Suara parau sering terdengar lemah, ada apa gerangan?


Oh selimut perca...

Menjadi pengepungmu saat kedinginan. Penyamaran untuk terlihat sehat gagal karena wajah sukarmu. Ku atupkan lagi pintu ke tempatnya.


Cangkul penuh dengan bekas jemari tangan pun tak mau kalah menjadi saksi bisu. Tatapan lekat dan lirih menyatu dalam satu waktu. Urat ditubuhnya menegang, kulitnya pun terbakar sinar matahari tak mampu menutupi betapa gusar dalam hatinya. 


 Huru-hara kecemasan seakan menjadi badai nan hebat, nampak jelas dari tempat berdiriku. Namun, lontaran sahut-menyahut dengan anggun yang terjadi. Mengakhiri semua seluk-beluk kekhawatiran dalam diri.



PUISI 3

Karena Atasan


Pisau selalu tajam ke bawah...

Banyaj teriakan, namun tak dirisaukan. Diaduk-aduk perasaan manusia kecil, bagai tak berguna.


Langkah kaki disiang nan terik. Berjejeran dengan halte remuk tak berdosa. Pedagang kecil tercampak ke tanah.


Udara semakin sesak menyulut. Hiruk-pikuk bumi dipenuhi hawa setan. 

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.