Maryanti - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 Maryanti


Dunia jadi primadona

Sedangkan akhirat tak lagi ada

Setiap hari kau bangun dosa

Hilang akan pegangan agama

Agama seakan jadi mainan

Yang dibeli setelah itu ditinggalkan 

Tak peduli akan ajal menunggunya

Tak peduli akan siksa menantinya

Pada awalnya kau berjanji akan setia

Tapi nyatanya dustalah semata

Setelah surga dunia berbisik Kau lupa segalanya


Cerita kita


 Di matamu tertulis sebuah harapan 

 Yang tak ada kepastian

 Impian- impian yang sudah usang

 Tertimbun setiap langkah yang tak kunjung tercapai

 Lembaran demi lembaran

 Merangkai setiap makna

 tersirat di hati yang pana

 Suka duka  seakan menyatu tanpa senja

 Meluapkan kisah yang tersurat oleh pena 

 Ciptakan kisah yang membekas di dada


Senja


Siang mulai berlalu

Terik matahari pun mulai luluh 

Awan- awan bergumpalan

Seakan pertanda akan hujan

Senja kau tentramkan kehidupan

Di mana banyak kehancuran 

Karena ketidaksadaran sang insan

Senja oh senja pancaran sinarmu 

Menenangkan jiwa dan raga


Sepintas Rindu


Kau datang lalu pergi tanpa kepastian

Menetap lalu lenyap dari pandangan

Terasa tapi bisu untuk diungkapkan

Terdengar tapi hilang dibawa angin malam

       

Malam yang kelam seakan bukti adanya kerinduan

Walau sepintas tapi tanpa batas

Rinduku mungkin hanya nama

Tapi rasa dibenaku seakan nyata 


Malam berganti pagi

Kini rindu terlintas kembali

Menyongsong setiap nadi 

Di dalam sanubari


Saksi bisu negeri kelabu


Rayuannya begitu indah 

Menyentuh hati para pendiri bangsa

Kesesatan mulai tertanam di mana- mana 

Hingga rakyat menjadi korbannya


Penyelundupan mulai terjadi

Penipuan silih berganti

Apakah nama bangsa ini 

Jika tidak ada kata korupsi

nilai- nilai mulai luntur dari sanubari

Soekarno menangis meratapi nasib negeri


Bangsa, bagaimana para pahlawan dan nabi kami sebelumnya

Yang melihat kehidupan jaman ini

Katanya merdeka, tapi rakyat malah sengsara

Katanya keadilan , tapi hukum dipermainkan

Katanya persatuan, tapi memandang jabatan


Di mana ideologi bangsa yang dulu

Yang berjuang, bersatu, dan merdeka bersama

Kini hannyalah nama

Tapi tak terlaksana

Maknanya begitu dalam

Tapi tikus negara anggap itu permainan

Yang Mudah dihancurkan 

Mudah juga  didirikan

Akankah ada penerus negeri yang bijaksana

Yang dapat mengembalikan sang pelita di negeri kelam ini




"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.