MALAIKAT YANG TAK DIANGGAP - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


"""MALAIKAT YANG TAK DIANGGAP""

(kisah guru honorer)

Oleh : Ahmad Faelani


  Meja jati itu tampak lebih berkilau dari biasanya, di kedua sisinya terdapat dua buah bangku yang saling berhadapan, satu bangku yang juga berkilau dan satu lagi bangku yang tampak usang termakan waktu, siapapun yang duduk di bangku berkilau itu akan serasa menjadi raja pemilik singgasana dan yang duduk di bangku usang tadi akan langsung mengerut di hadapan sang raja, tak perlu ditanya,

 ""Akan berasa seperti apa ketika duduk di bangku usang itu""........


Semua orang duduk dengan berbagai perasaan yang campur aduk, deg-degan, senang dan gelisah.....,


Tak terkecuali aku,


""Deg,,deg,,,, deg,,, deg,,,""


Jantungku berdebar kencang, gelisah semakin menjadi, tak sabar menunggu namaku dipanggil..


""Pa Andi....""


Terdengar suara panggilan dari dalam, yang dipanggil tersenyum lebar, seraya memasuki ruangan khusus ia berucap,


""Saya duluan pa Ahmad....""


""Oh ea silahkan pa..."" jawabku


Setelah beberapa lama Pak Andi pun keluar dan dengan senyum lebar tentunya


""Pak Ahmad....""


Terdengar suara memanggilku,

Dengan gugup dan jantung yang tak mau tenang aku langkahkan kaki menuju panggilan sang raja, aku mengerut di hadapannya, termakan waktu seperti kursi yang ku duduki saat ini


""Ini tolong ditanda tangani pak""


Dengan tangan agak gemetar ku coretkan pulpen bertinta hitam itu


""Ini gaji anda pa""


Dengan perasaan bahagia bercampur gelisah aku tinggalkan meja kusam tadi, dan berpamitan dulu tentunya kepada meja yang berkilau di hadapannya


Di luar aku buka amplop putih bertuliskan namaku, di dalamnya terdapat struk gaji selama aku mengajar, dan......


Dan dua lembar uang kertas, satu lembar seratus ribu rupiah dan yang satu lembar lagi lima puluh ribu rupiah


""Seratus lima puluh ribu"", aku kaget, kaget bukan kepalang, jantung berdegup semakin kencang, nafasku tak beraturan, kepalaku panas, semakin memanas


Tiga bulan aku menunggu untuk menerima gajiku sebagai honorer, dan uang seratus lima puluh ribu itu adalah gaji selama penantianku


Aku duduk lemah bersandar di sofa usang, badanku lemas seketika seolah tulangku remuk termakan penantian


Mataku berkunang-kunang, dari kejauhan aku lihat anak-anakku, istriku, dan orang-orang yang sangat aku kenal menghampiriku


""Ayah aku mau jajan....""


""Ka aku mau kerudung baru......""


""Pak Ahmad, tagihan anda yang bulan kemarin belum lunas........""


Dalam gelapnya mata, lemasnya jiwa, dan gelisahnya hati aku memohon...


""Ya Alloh, Semoga ini mimpi.......""

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.