https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Judul Puisi 1 : Keteguhan Hati
Nama Penulis : Sesi Herawani
Lihatlah dia yang termenung nun jauh di sana
Lukisan-lukisan masa lalu indah terkenang
Sudut bibir tertarik menyimpul senyum
Pahit, nyatanya kini tak mengganggu
Walau langkah tertatih bertopang pada tongkat kayu
Dunia lihatlah betapa indahnya senyuman itu
Mengalahkan keindahan duniawi
Dia adalah manusia yang bersyukur
Penyesalan tak pernah ada pada raut wajahnya
Betapa bangganya berdiri tegak menantang kehidupan suram
Tidak pernah dia berpangku tangan
Tidak pernah dia mengharap belas kasihan
Karena inilah hidupnya
Karena inilah dirinya
Bersyukur walau masa kelam menghampirinya
Motonya, hidup ini disyukuri, bukan disesali
Keteguhan hatinya sekeras baja
Binar matanya secerah warna pelangi sehabis hujan
Kesempatan tak hanya datang sekali
Karena baginya, masih banyak kebahagiaan esok
Judul Puisi 2 : Jiwa Penikmat Fana
Nama Penulis : Sesi Herawani
Mereka jatuh berguguran kehilangan daya
Dihantam kenyataan bahwa bumi telah menua
Bergelimang harta serta tahta kini tiada guna
Pandemi corona menelan jiwa anak manusia
Ini bukan tentang sesal manusia bersekat dusta
Ini hanya nasehat untuk jiwa penikmat fana
Berhentilah mengobrak-abrik jantung dunia
Mengolah noda berpoligami dengan dosa
Duduklah dan bersimpuh pada yang kuasa
Maafkan tangan gesit yang kadang meluka
Maafkan otak jenius yang kadang disalah guna
Sudilah kiranya merengkuh kami dalam realita.
Judul Puisi 3 : Wanita Malam
Nama Penulis : Sesi Herawani
Pernahkah dia berharap belas kasih?
Pernahkah dia meminta menjadi Layak?
Dia tidak hidup dengan menjual kisah
Saat dunia tak lagi memihak justru mengoyak
Percayalah, ini bukan harapan serta cita-citanya
Dia hanya korban keadaan dan kehidupan fana
Dia tidak memiliki kesempatan atau pilihan ganda
Pikirnya hanya memikat dan menggoda melebur dalam dosa
Bekerja dalam kegelapan memuaskan si dompet tebal
Dia juga pasti lelah hidup berlumur noda, tiada tempat tuk mengadu
Dia wanita malam yang mulanya suci, jatuh berkubang aral
Tangannya pernah terulur, bibirnya pernah meraung, matanya pernah menangis, apakah kita tahu?
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.