Kakek dan Sebuah Payung - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


Kakek dan Sebuah Payung

Oleh : Rizqina Nur Azizah


Jam menunjukkan pukul 23.00, kakek Sugiman baru saja pulang dari memancing, ia tiba di rumah tepat sebelum hujan turun dengan sangat deras. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumahnya, penasaran siapa yang bertamu pada malam seperti ini, kakek Sugiman segera membuka pintu. Dua orang pemuda basah kuyup, menggigil di halaman rumahnya, karena merasa iba sang kakek segera menyuruh mereka masuk ke dalam, memberikan mereka dua cangkir teh hangat.

“Nak ini pada mau kemana hujan dan sudah malam?” Tanya kakek Sugiman.

“Kami mencari rumah pak Slamet kek, kami saudara jauh datang dari Jawa.” Ujar salah satu pemuda.

“Ohh, pak Slamet juragan sawit itu? Rumahnya dekat dari sini, nanti saya antar kalau hujan sudah terang.” Ujar kakek Sugiman.

“Terimakasih kakek sudah baik sekali, tapi kami harus ke sana secepatnya karena ada urusan keluarga kami yang harus segera di selesaikan.”

“Tapi di luar masih hujan deras.” Jawab kakek Sugiman.

“Kalau boleh kami pinjam payung kakek saja untuk ke sana.” Ujar salah seorang pemuda.

“Boleh, tunggu sebentar ya.” Kakek Sugiman masuk ke dalam untuk mengambil payungnya. Nenek Samirah menghampiri Kakek Sugiman yang kebingungan mencari payung di gudang. 

“Bapak ngapain?” tanya nenek Samirah.

“Payung kita mana ya bu? Itu ada saudaranya pak Slamet mau pinjem payung untuk ke rumahnya pak Slamet.” Jelas kakek Sugiman.

“Kok bapak nggak bangunin ibu?” nenek Samirah segera membantu kakek Sugiman mencari payung mereka di gudang yang berdinding anyaman bambu.

“Kasihan ibu tadi tidurnya pules banget, bapak nggak tega mau bangunin.” Jawab kakek Sugiman. “Ini ketemu. Bapak ke depan dulu bu.” Kakek Sugiman melangkah keluar gudang dan memberikan payung itu kepada dua pemuda tadi.

  “Pak Sugiman, istri bapak datang menjenguk.” Ujar seorang sipir, membuat kakek Sugiman tersadar dari lamunannya, ia segera bangkit dan berjalan keluar sel menuju ruang kunjungan.

Siapa sangka niat baik kakek Sugiman pada dua pemuda yang malam itu berteduh di rumahnya, membuatnya berakhir di penjara ini dalam ketidakadilan. Malam setelah dua pemuda itu pergi dari rumah kakek Sugiman, rumah pak Slamet di rampok habis-habisan. Pada pagi harinya polisi menangkap kakek Sugiman di kediamannya setelah menemukan barang bukti payung kakek Sugiman yang ditinggalkan di rumah pak Slamet.

Nenek Samirah duduk mengenakan baju kutu baru yang telah tampak lusuh warnanya, ia tersenyum melihat suaminya. Mereka duduk berhadap-hadapan.

“Bapak sehat?” tanya nenek Samirah.

“Alhamdulilah sehat bu, ibu sehat?” tanya kakek Sugiman, masih terlihat sorot sendu di mata kakek itu. 

“Sehat pak..” nenek Samirah terdiam sebentar, ia meraih tangan kakek Sugiman menggenggamnya erat, kakek Sugiman menggenggam tangan nenek Samirah tak kalah erat.

”Kenapa ya bu? Apa karena kita ini orang miskin?” ujar kakek Sugiman dengan suara penuh kekecewaan.

“Bapak yang sabar ya pak. Kalau kita nggak dapet keadilan di dunia ini, kita akan dapat keadilan di akhirat sama Allah.” Nenek Samirah menitihkan air mata.

***

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.