DERMAGA CINTA

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 DERMAGA CINTA

Karya : Nurfajar Alamsyah, S.Pd




Kala gundahku merapah jiwa.

Terkungkung sukma seakan lelap di dalam mata.

Seperti paku yang menancapkan gurat dahan cemara.

Tak lekang waktu meski tersembunyi di balik aksara.


Desirnya angin perlahan terlebur menyelimuti hati yang lara.

Dalam gigil kusebut nama-Mu di setiap masa.

Cinta bukan tentang jarak batas nyata dan maya.

Terbiarkan hingga urat nadi turpupus lenyapkan nyawa.


Ketika sebilah cahaya menyemburat sederhana.

Di ujung dermaga ini kusematkan cinta menguapkan rasa.

Menghujam ke ufuk menggetarkan Arasy-Nya.

Membuat hangatnya jiwa serasa di peluk semesta.


Kini saatnya kusunting duka menjadi permata.

Lewat titian kemuning merangkul luka menjadi cinta.

Layaknya gelap dan terang yang bertemu di kala senja.

Laksana telaga yang mampu meredam kepahitan menjadi nirwana.




Marjanji Aceh, 12 September 2021




LUKANYA HATI

Karya: Nurfajar Alamsyah, S.Pd




Keluhan jiwaku tersiksa oleh luka perasaan.

Terbenam dalam lautan mengenang sebuah penghianatan.

Takdir memang menjadi hal yang menyakitkan.

Namun harus dijalankan tanpa dengan sebuah keluhan.


Mencoba tuk bertahan di tengah hampa terasa sunyi.

Bertalu pilu ditelan waktu dan cinta sejati.

Ketika adorasi terbawa angin tak bertepi.

Lewat tulisan imajinasi kuungkapkan isi perjalanan hati.


Lihatlah anak dara bersikukuh mempertahankan bianglalanya.

Meski cintanya hanya sebatas fatamorgana.

Kenangan abadi tersentuh kekosongan atma.

Lelah dalam melangkah menggenggam kabut di kala senja.


Air mata luka jatuh pasrah bersama cahaya baskara.

Memikirkan perpisahan lewat cinta buta.

Perlahan sengit, meramu, dan memikat di setiap rongga.

Kenyataannya itu hanya parodi penggung semata.




Marjanji Aceh, 09 September 2021




SUARA KALBU

Karya: Nurfajar Alamsyah, S.Pd




Senandung syair mendekap lirih romansa jiwa.

Tatkala rangkaian kata kususun menjadi aksara.

Terombang-ambing laksana kapal pesiar tanpa nahkodanya.

Tetapi engkaulah bianglala yang tetap menjadi permata.


Kubentangkan kanvas mengukir cinta hingga ke angkasa.

Menyunting duka berbaris samar menjadi kirana.

Perlahan gelap menjamah senja di dinding penyekat masa.

Bagai musafir yang berkelana mencari oasis di Padang Sakura.


Bagiku negeri ini lebih dari sekedar Negara.

Berbeda suku, bermacam agama tapi sejukkan jiwa.

Jangan pernah memilih harus terlahir dari rahim siapa.

Namun tujuan akhir manusia bagaimana menjalankan takwa.


Semenjak waktu tidak beranjak rasa.

Di sanalah sanubari berdetak dengan sunyi sepi tak berirama.

Ketika suara kalbuku berseteruh menguras dahaga.

Memohon cinta namun terbalas hanyalah nestapa.


Marjanji Aceh, 25 September 2021


"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.