Bingung, Gelisah, Marah.

 





Cover buku


Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Lombaterupdate x Infolombapuisi Deadline 14 Oktober. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Selembut Salju"


Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 Bingung, Gelisah, Marah.


Goresan kecil semakin hari melebar, ingin mengamuk tapi masih merasa beruntung, ada mereka di dalam gubuk ini.

Saat duduk di bangku sekolah dasar, aku aku berada di pihak wanita pengorban nyawa,

dengan tidak tahu perkara.


Beranjak remaja ada rasa kecewa dan marah pada pria pencari nafkah, aku masih dengan pilihan awal, di pihak wanita pengorban nyawa.


Pada usia 15 tahun bukan lagi perasaan marah dan kecewa pada pria pencari nafkah. Wanita si pengorban nyawa juga ikut serta menambah rasa sesak di dada, namun akupun tidak tahu apa penyebabnya.


Bingung, gelisah, marah dengan keadaan.

Apa guna bersama namun hati tidak?

Kalau memang sudah habis masa cintanya, ikhlaskan dan pergi, apa tidak bisa?

Tanyaku waktu itu, walau masih ada rasa takut berpisah.


'Ini demi Anak', kalimat yang terdengar, sampai ku hapal nada bicaranya.

Dari situ rasa egois pun muncul, berfikir bahwa itu hanya akal-akalan mereka saja, padahal karena masih ingin bersama.


Aku anak yang begitu egois dan sok tahu, tidak mengerti masalah tapi sudah mampu memberikan hujatan kecil di dalam hati, untuk pria dan wanita di dalam gubuk.


Aku menciut dikala kata 'berpisah' akhirnya terucap dari dua orang dalam gubuk, rasa takut kehilangan dan terlantar menyelimutiku.

Padahal perceraian pun belum terjadi, bagaimana jika esok, atau lusa terjadi?

Mungkin aku akan lupa siapa dan mengapa diriku ada di gubuk ini.


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.