https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Ahmad Alfarisi
Arah perubahan
Mata bisa buta angka
Telinga bisa tuli akan suara
Tangan bisa tak ada rasa meraba
Kaki bisa berhenti melangkah
Angka layak di pertanggung jawabkan
Suara layak di dengarkan
Peraba layak di letakkan
Jalanan layak di tentukan
Sia-sia jika buta realita
Tak guna jika hanya bicara saja
Rapuh tanpa dasar yang nyata
Kesasar tanpa adanya usaha dan doa
Mata harus sadar apa yang dilihat
Telinga harus jelas mendengarkan
Tangan harus kuat menggenggam
Kaki harus tegap dan tegas berjalan
Kunci adalah hati
Baik dan benar dasarnya kesadaran
Realita itu fakta kehidupan
Sejarah akan berbicara
Arah perubahan
Alfarisi 8 Agustus 2021
*Sinar panas*
Lampunya menyala-nyala
Rerumputan bergoyang-goyang
Angka-angka bertulisan
Terbata-bata di pinggiran
Tanyakan pada diri sendiri
Semuanya akan berakhir
Senda gurau dengan setia
Lampiran kertas dalam jiwa
Mata melirik dengan ketajaman
Tangan bersuara dengan tulisan
Kaki mendengar dengan lirihan
Jangan bergerak tanpa alasan
Mendengar tanpa alasan
Melihat dengan kebutaan
Berjalan dengan ketimpangan
Berhati tanpa kejiwaan
Manusia, memanusiakan manusia
Memanusiakan tuhan adalah ketololan
Alam pun hanya saksi bisu
Tanpa alasan semuanya berubah
*Merindukan*
Waktu berparas kerinduan
Bukan akhir dari awal
Bukan juga awal dari akhir
Hanya awal dan akhirnya terasa sangat dalam
Ku petik daun mawar
Layu sebelum ku cium aromanya
Ku sirami dengan darah
Terasa ambar dalam diri jiwa
Sadari yang harus di sadari
Lihatlah yang harus di lihat
Dengarkan yang harus di dengar
Rindukan yang harus di rindui
Tidak ada paksaan untuk bertemu
Waktu adalah roda pertemuan
Hanya sebatas yang terbatas
Semuanya akan baik-baik saja
*Aku*
Musuh mu adalah nafsumu
Tak bisa kau bunuh
Tak bisa kau suruh
Imbangi saja jika kau mampu
Aku adalah aku
Kau ada kau
Puncak kesombongan membelenggu
Sebenarnya siapa dirimu
Siksaan demi siksaan
Kepedihan dan perih
Sakit dan darah
Kelaparan adalah penguasa dirimu
Hidup dengan penuh kesombongan
Lapar adalah senjata ampuh
Siapa dirimu sebenarnya
Aku pun berkata
Aku adalah hamba-Mu
Engkau adalah Rob-ku"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.