Cover buku |
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
ANALOGI RANTING
Ranting itu mulai patah,
Mengugurkan kewajibannya dengan layak.
Ia berbaring di rumput gersang.
Dengan keasaman tanah yang melebihi kelembabannya.
Ia tidak membenci angin yang membuatnya rapuh dan akhirnya patah.
Karena mungkin itu takdir.
Sekarang ranting itu tinggal menunggu mati.
Sesaat hingga tak ada lagi yang menyuburkannya.
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.