Aku Rembulan. - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


Aku Rembulan. 


Katamu aku adalah rintik-rintik hujan.

Membasahimu perlahan hingga kedinginan. 

Katamu aku tak akan menjadi pelangi.

Mewarnaimu dengan penuh keindahan. 


Katamu aku tak seindah mawar merah. 

Bermekaran dengan apiknya ditaman.

Katamu aku bukan bintang dilangit biru.

Menerangi gemerlap sepinya malam. 

Tentu saja, sebab aku rembulan redup cahaya.


Aku adalah rembulan.

Satelit yang setia mengiringi langkahmu.

Membuat sebab kau pasang surut seperti air laut.

Aku akan menjagamu tetap pada porosnya.


Aku memang tak seindah yang kau katakan.

Aku bukan rintik hujan yang sanggup menyakitimu.

Aku rembulan yang terbang tinggi, meskipun tak bersayap.

Dan aku rembulan yang berjanji tak akan meninggalkanmu.


Meskipun cahayaku redup tak secerah bintang. 

Sinarku tetap bersinar berputar disisimu.

Aku membutuhkanmu sebagai tuan bumiku. 

Kau membutuhkanku sebagai ratu satelitmu.



Remuk Redam


Terlupa, kita sudah remuk sekarang. 

Kini kembali asing, saling tak peduli.

Menata keadaan agar tak lagi berantakan. 

Teramat sulit mengembalikannya ke tempat semula. 


Ada bekas yang tak akan terlupa kenangannya. 

Hingga kita saling membenci kilasan masalalu itu.

Manis atau pahit ingatannya akan sama.

Tetap akan menjadi luka yang tak berdarah.


Bukankah kita saling membenci ego kita?

Keras kepala kita yang tak mau mengalah. 

Hati kita yang membeku enggan untuk meleleh. 

Selamat, kita adalah pemenang dari 'kisah yang bahkan tak pernah dimulai'



Adarma 



Teruntuk raga yang rapuh.

Lelah yang dibasuh keringat. 

Pikiran yang ditimpa baja. 

Atma mu berkelana hendak menyerah. 

Kala dunia tak lagi menyanggah. 


Pikirmu kau akan kalah.

Kala rentetan beban terus menimpa. 

Saat kelabu tak kunjung berwarna cerah. 

Kau cukup memolesnya agar tak kusam. 

Istirahatlah sejenak, lukamu telah disayat belati.


Kau telah diujung sebab ambisimu terlalu kuat.

Kau berada dipuncak, namun langit masih gelap.  

Tetap bertahan, kau telah diatas tanpa batas. 

Saat pikiranmu kembali mengulas masa silam.

Ada lelahmu yang dibalut kerasnya hidup. 


Perjuangan hingga kau tertatih. 

Dirimu sebagai karya Tuhan yang tak terbatas. 

Bahagiamu kau ciptakan agar kau berkelas. 

Kau tak akan berjuang sendiri.

Sebab keluargamu adalah penopang hidup dan mati."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.