TUAN

 


Selamat datang kembali di Lintang Indonesia, ini adalah puisi salah satu peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Lombaterbaru x infolombapuisi Deadline 1 Oktober. Puisi ini salah satu dari sekian banyak puisi yang dibukukan ke dalam buku yang berjudul, "Fantasy".

Untuk informasi lengkap lomba ini silakan klik di sini

Cover Buku Fantasy


Selamat menikmati puisi di bawah ini:



 TUAN


Malam ini, Aku

Terbangun lagi, Menyapa Angin

Menyambut mesra cahaya Bulan.


Lalu lalang kendaraan tak lagi 

berdesakan, lampu kota terlihat,

remang, berdiskusi si

binatang malam..


Selagi langit masih gulita, sebelum

mentari menyibak tirainya 

boleh kah Aku sedikit 

bercerita? 


Tentang cinta tak terhalang singgasana,melainkan 

restu juga Agama..


Berat, bahkan berat sekali...

mengakhiri rasa terlanjur jatuh,

hentikan langkah akhirnya

pasarah.


Tapi, Aku harus belajar melepaskan 

walau jerit tangis, tak bisa tertahankan..

melepas Tuan, ketidak mungkinan Yang selalu aku semogakan.


Tuan, malam yang aku banggakan 

Namun perlahan tenggelam, ucap

Selamat tinggal, cipta hancur, hatipMalam ini, Aku

Terbangun lagi, Menyapa Angin

Menyambut mesra cahaya Bulan.


Lalu lalang kendaraan tak lagi 

Berdesakan, lampu kota terlihat,

Remang, berdiskusi si

binatang malam..


Selagi Langit masih gulita, sebelum

Mentari menyibak tirainya 

Boleh kah Aku sedikit 

bercerita? 


Tentang Cinta tak terhalang Singgasana,melainkan 

restu juga Agama..


Berat, bahkan berat sekali...

mengakhiri rasa terlanjur jatuh,

hentikan langkah akhirnya

Pasarah.


Tapi, Aku harus belajar melepaskan 

Walau jerit tangis, tak bisa tertahankan..

Melepas Tuan ketidak mungkinan Yang selalu aku semogakan.


Tuan, malam yang aku banggakan 

perlahan tenggelam, ucap

Selamat tinggal, cipta hancur, hatipun terpenggal.


Terkadang, Aku selalu menyalahkan takdir, menganggap Tuhan ku tak adil, karena menghadirkan cinta, tanpa bisa ku ambil...


Lewat purnama juga kehenginan malam ini, boleh kah Daku menitip sentuh, 

Pada Tuan terlampau Jauh. 


Tuan kau tahu?, Seperti langit,

mengharapkan fajar di malam hari,

Seperti itu, aku mengharapkan Tuan kembali, walau tak mungkin terjadi.


Tuan, sebelum kereta mu melaju kencang meninggalkan gumpalan asap pekat di relung ku tolong dengarkan aku,


Setelah tidak lagi dengan ku Semoga Tuan menemukan Dinda yang lebih tulus melindungimu,menaungi mu dari segala bentuk cuaca hati


Dinda yang lebih sabar menghadapi 

Sifat keras mu di bandingkan Aku..


Daku sadar Tuan, seerat apapun 

Daku mengikat malam, selihai

apapun Daku merayu takdir, agar sudi ia  persatukan, tetap saja, Tuhan Mu dan Tuhan Ku tak mungkin menjadi Besan.


Tuan, Aku mencintaimu, tapi

Tuhan ku tak mersetui itu. 


Jambianom,24 September 2021



Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.