Selamat menikmati puisi di bawah ini:
Tuan, puan, dan pujian
Kepalaku retak mengenal tabiat suap
Bergelinding di balik kata kalap
Menidur lelapkan para biadap
Mencoba lenyap menutup mangap
Dunia bukan wadah menuntut kesempurnaan
Bukan hidup untuk menjadi terdepan
Tak apa pun mati dengan kerumpangan
Asalkan tidak larut menggilai cuan
Duhai tuan dan puan yang bersembunyi di balik pujian
Berlagak bijaksana bak angkasa yang merengkuhi semesta
Sudahi semua gebu formalitas yang terlampau gila
Sebelum nyawa manusia yang dendam sana
Menyeretmu kala usai dengan gontai menuju neraka
Sembari memekakkan telinga dengan berkata
“Dasar manusia maruk, berani sekali menandingi tahta tuhan.”
"
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.