Cover buku |
Selamat Menikmati puisi di bawah ini:
Sisi pragmatik Sejengkal emosi di masa pandemi
Senin pagi,manik ku masih Rambang.
Mengingat rintihan panjang yang dikeluhkan
lautan perasaan, yang sedih langit pikiran
Senin pagi,aku belum saja bersiap rapi
Tapi,aku bergegas membuka layar pipih
mencari harap yang kukira masih terbungkus rapi,
di pdf dokumen milih pak Sugi
Tapi, seperti angin sengaja menjatuhkan daun,
Sebuah pesan singkat dari operator Indosat
""Kuota kamu 5 MB lagi,cepat isilah bang***"" (bangsat nya di sensor)
Padahal,aku sudah berusaha menyisakan sisa kantuk ini,nahas pesan itu malah mengeringkan aku dalam sengatan diam. Bagaimana aku bisa belajar hari ini?
Dahiku bertaut
bibirku pucat bak di datangi malakul maut
Aku berdiri sebentar tak ingin dulu dijemput
Senin pagi,ku hembuskan nafas kasar
Melihat ibu memiliki sayur hasil ia menawar
Berbisik aku di telinganya ""Bu,berilah aku jatah kuota belajar""
Tapi,dia malah berbaring perahu
tengadah harap selaput kesah
Mengingat ekonomi di masa pandemi
yang sangat membuat resah
Mulut gapilku terdiam tak lagi berkata
Hanya mengharap selalu ada bantuan kuota
Dan aku yakin,itu cuma fatamorgana
di dunia fana yang sedang terlibat Corona
Senin pagi,aku pasif
Memilih diam tak berkutik
Padahal,kepala memiliki banyak percakapan yang sangat tidak asik
Tapi, Senin pagi aku tersadar, ketika beban berat tersirat,itulah saat tuhan menunjukkan keberadan-Nya. Lekuk sabit terlukis dan hatiku berbisik ""tenanglah,daring akan berakhir Oktober"""
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.