Selamat menikmati puisi di bawah ini:
Nostalgi(l)a
Kalau sudah hinggap pada satu tiang,
maka diharapkan untuk tenang
Bahkan hanya percikan ludah.
Maju atau mundur menjadi mantra omong kosong
Dan nyatanya tetap diam menggigil.
Awan bagai aurora merayu tuk digapai,
Sedangkan rantai berkarat berusaha tetap mengepal.
Sampai pada suara tawa dari perekat tempat berdiri, yang enggan melunak
Menggila sudah perkumpulan itu...
Dengan mengeluarkan citra diri, seakan-akan mengingat masa lalu
Menggila sudah orang-orang itu...
Bak pejuang untuk masa depan, seolah-olah memahami arti penyesalan
Lihat kembali pada tiang awal, ditinggal sebentar sudah rapuh
Demikianlah nostalgia yang selalu menggila
Tanpa adanya arah tujuan
Akan tetap terus tersenyum gila.
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.