Merdeka atau mati



Selamat datang kembali di Lintang Indonesia, ini adalah puisi salah satu peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Lombaterbaru x infolombapuisi Deadline 1 Oktober. Puisi ini salah satu dari sekian banyak puisi yang dibukukan ke dalam buku yang berjudul, "Fantasy".

Untuk informasi lengkap lomba ini silakan klik di sini

Cover Buku Fantasy



Selamat menikmati puisi di bawah ini:


 "Merdeka atau mati 


Indonesia 

satu kata berjuta history yg ada 

dari keringat, air mata. hingga darah yg bercucuran 

engkau nama yg di perjuangkan hingga detik ini 

engkau nama yg di sematkan di dalam dada ini

tk terhitung jiwa gugur dimedan pertempuran 

tk peduli tua muda 

hingga balita merasakan perihnya darah yg keluar dari tubuhnya, namun dengan bangga jenazah mu tersenyum,

menyaksikan kemenangan yang tak pernah kau nikmati demi terwujudnya satu kata MERDEKA

Genangan darah tumpah diatas tanah tak bertuan  

beribu ribu nyawa melayang

bergelimpangan di atas tanah tak bertuan 

sebuah tanah lampah yg dahulu menjadi medan perang 

seorang pejuang berteriak lantang mengangkat tinggi panji kemenangan 

gagah berani memegang senjata melawan penjajah hina dan nista 

dua kata menjadi pilihan merdeka atau mati tak ada lain selain itu kecuali merdeka atau mati 

hujan peluru memberondong tubuh kekarnya 

tetap tegak meski tubuh berlubang tertembak peluru tajam darah bercucuran membanjiri medan perang meski nama mu tak kami kenal meski jasadmu tertimbun bersama gundukan tanah atau ragamu 

berserakan hancur lebur terkena ledakan senjata penghancur 

namun kau lah pahlawan sejati kami yang telah mengorbankan jiwa dan ragamu demi sebuah hak kebebasan

yakni kemerdekaan 

Namun...

sejak engkau datang (corona) hidup kian membuat kita tak ramah, pendidikan terhambat, pejuang nafkah dibuat gelisah, hingga suara ambulance terdengar hampir setiap saat 

meskipun wabah ini belum usai, kemerdekaan tetaplah merdeka

kami akan mengangkat bendera mu setinggi langit 

suara kemerdekaan akan terus bergema disetiap hembusan napas.

Sekali lagi tantangkan dua pilihan kemerdekaan atau mati.

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.