
Selamat menikmati puisi di bawah ini:
Dua titik debu.
Malam yang pendek
Dua debu berbicara
Tiga tangkai lampu jalanan bergembira
Sebotol imajinasi menyimpan puisi
Sedalam tanah para petani mengais mimpi, sepilu ibu menanggung rindu
Dua debu berbicara
Kearah mana iya akan berteduh malam nanti, saut-sautan dengan dedaunan yang telah lama abadi
Pergi saja ketempat dimana tuhan menyimpan engkau dalam surat yang tersirat, disana engkau akan tau atau malah tambah buntu
Dua jalan akan datang, skala perbudakan sudah dipersiapkan tuhan sebagai pilah-pilih roh-roh yang tertindih dalam gelapnya sendiri
Tuhan mengajak diskusi
Selebihnya makilah diri sendiri
Yang tuli, yang emosi dan yang tak tau diri
Keramaian menghentikan tuhan enggan berbicara hingga membiarkan apa saja yang membuatnya terluka
Arsis musim kemarau harus dibuatnya panjang agar dahaga kembali dipercayai tuhan,oh betapa sekaratnya, tanah mulai membengkak, matahari mendidih
Tak ada lagi bianglala yang meninabobokan kesadaran, lampu kota yang bungkam dan bunga mawar yang memuakkan
Dua debu bertelanjang diri
Menghampiri luasnya ilusi
Setajam lukanya duri
Se alif mimpi yang tak bertepi."
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.