[Anggota Lintang]-Kumpulan Puisi: Chairil Anwar masih dalam ingatan



Sang Pencatat Sejarah
Oleh: Lintang Aksa Bagaskara

Nyanyian jangkrik, dan rintihan ranting adalah saksi dari perjuangan. Penegakkan mimpi dan divisi untuk negeri. Meski sang penjejak tidak bisa menikmati indahnya galaksi di masa kini. Namun, tentang waktu namanya terus berpartisipasi dalam lembaran suci.
Kala di mana padika tergerai mesra bersma senja, alunan lagunya adalah mahakarya di dunia yang fana. Namun, banyak yang mencinta karena adorasi yang setia membela. Menerjang badai, dan mengekang apatisme. Inilah kehidupan mayapada.  Dia yang berjuang akan abadi meski raga kian mati dan lebur dalam dimensi.
Kau sungguh panutan Sang Pujangga Syair. Sajak yang permai bak mutiara di pulau bintang. Dan peluang rahsa yang menjejak atma. Sungguh  ... Kau pujangga dalam rongga sastra indonesia.


Khairil Anwar
Oleh: Lintang Aksa Bagaskara

Ketika waktu bercerita tentangmu
Rangkaian kata indah
Muncul dalam
Kalbu

Tentangmu
Sang pujangga
Penikmat sastra generasi atma
Berkobarlah semangat membawa indah

Dibalik mayapada buana surga

Namamu terkenang sejarah
Mwngukir sukma
Sastra

Kau
Pujangga padika
Yang telah terlelap
Dalam gelap gukita buana

Namamu
Masih bersama
Calon generasi penerus
Yang belum tertera di sejarah




Bapak Binatang Jalang
Oleh: Lintang Asa

Kau memang binatang jalang
Bapak dari kimpulan terbuang
Melahirkan anak-anak yang sama
Zaman mengatakannya gila

Aksara kau jejalkan
Pada mulut-mulut lapar dan kehausan
Diksi menjadi senjata
Tatkala perang membahana

Kau ajarkan anakmu kesepian
Agar merasa pedihnya ratapan
Bapak ... Bapak ... Bapak ...
Binatang jalang!

Sajakmu membakar nyawa
Di atas anak-anakmu tertawa
Sekarang kau tinggal nama
Dan berjuta karya mendunia

Palembang, 29 April 2019



In Memoriam Chairil Anwar
Oleh: Lintang Asa

Sepak terjangmu di dunia sastra
'Tak bisa tergerus roda dunia
Selalu menggugah jiwa-jiwa muda
Selalu ada di hati insan Indonesia

Tanpa peduli kau gerogoti
Jiwa lemah milik kami
Seperti kau hancurkan koloni
Melalui kata-kata rakitan jari

Namamu telah menjadi sajak abadi
Di tanah nusantara yang kami pijak
Suara-suara kebangkitan tergaungkan
Akibat besar sejarah yang kau kobarkan

Di langit mendung itu
Terlukis wajahmu yang kuyu
Sebab derita aksara dulu
Masih membayang anak cucu

Palembang, 29 April 2019



Sang Penyair
Oleh: Lintang Lara Andini

Kehidupannya penuh warna
Sama seperti dalam puisinya
Karyanya melanglang buana
Menyentuh hingga ke dalam atma

Tuhanku...
Tuhanku...
Hingga hembusan terakhirnya
Ia masih menyebut nama sang pencipta hidupnya

Karyanya di kenang sepanjang masa
Membawa inspirasi bagi para penyair muda
Memberikan motivasi lewat tulisannya
Meski ia sudah tak lagi di dunia

Dia “Sih binatang jalang”
Yang akan di kenang sepanjang jaman
Tertulis dalam ingatan dan harapan
Karyamu selalu dibanggakan

Musi Rawas, 30 April 2019.


Si Binatang Jalang
Oleh: Lintang Jemafif

Terima kasih aku ucapkan
Padamu Si Binatang Jalang
Sebab bait  sajakmu
Aku berani merayu
Lewat diksi yang aku anggap ayu

Terima kasih, Binatang Jalang
Karena aku berani menyerang
Pada permasalahan yang lalu lalang
Tidak hanya diam meringkuk sambil mengerang
Dan berharap nyawa segera melayang

Purwokerto, 30 April 2019


Si Binatang Jalang
Oleh : Lintang Aluna

Kau begitu elok bak merpati
Syairmu bersatu padu meluluhkan hati
Aksara demi aksara kau tuangkan
Sungguh!  Teramat menenangkan

Bisakah diriku menjadi bayanganmu?
Agar ku bisa selalu bersamamu
Bisakah diriku jadi tanganmu?
Agar ku bisa lukiskan goresan indahmu

Tidak! Tidak!
Aku hanya ingin menjadi cahayamu
Memerangi dan menghangatkanmu
Ya itu kau! Chairil Anwar

Pati, 30 April 2019


Coretanku
Oleh: Lintang Gasziyya

Diri ini bagai awan hitam
Berevolusi bagai astronot
Dihempas ombak bagai debu.
Aku siapa engkau siapa.

Bogor, 29 April 2019


 Aku Siapa Dikau siapa
 Oleh: Lintang Gasziyya

Aku tak sepadan dengan Chairil Anwar
Tapi jika dikau memahami
Aku hanya anak kemarin sore yang belajar
mengemban sastra
Seperti air di lautan nestapa

Bogor, 29April 2019.

  
Kucintai Karyamu
Oleh: Lintang Gasziyya

Aku bagai anak hilang induknya meratapi duka yang semakin menjadi
Tersemai cinta tapi tak sampai mencari sosokmu pada puisi yang kukagumi
Namun tak ada yang menandingi kisah indahmu tersampir di balik pena.
Bolehkah jika aku mengikuti jejakmu mencintai karyaku tanpa ada alasan aku menyukaimu?

Bogor, 29 April 2019



Nama yang Tersemai
Oleh: Lintang Gasziyya

Aku tak pandai berpuisi sepertimu namun bolehkah kusemai namamu di hatiku?
Mencoba mencari jati diriku lewat karyamu sebagai panutanku.
Aku memang anak kemarin sore yang mencoba menjajaki dunia sastra bukan untuk melampiaskan hasratku pada dunia yang kejam
Hanya saja aku ingin terkenang sepanjang abad ketika tanah menutup ragaku.

Bogor, 29 April 2019


Duka Tak Takut Mati
Oleh: Lintang Gasziyya

Rindu di runduk pilu
Nyawa taruhannya
Darah segar mengalir dari gerak tubuh
Engkau tak pernah takut bersyair

Bogor. 29 April 2019


Pujangga
Oleh: Lintang Gasziyya

Engkau sang  pujangga di zamanmu.
Semua orang tunduk pada senonim puisi
Saat indonesia masih saja di terpa amukan peperangan engkau tak takut apapun
Pantas saja julukanmu ‘Si Binatang Jalang’

Bogor, 29 April 2019



Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.