Nyanyian Ibu
oleh Muhammad Najib
""kemana perginya ranjang
tempat engkau tuangkan kantuk
dan segala wajah gelisah, Bu?
aku ingin menari letih
dan mencuri doa-doa panjang dibiliknya. dimana lampu teplok yang menjaga mata ibu agar tetap berpendar?
juga sajak pada wangi kemeja bapak yang kau tinggalkan?"".
bocah itu merindukan puisi ibunya
yang luntur dibawa arus hujan
derai haus akan rima dan majas ibu.
""hati ibu yang lapang, aku begitu dahaga
bawa aku menari dalam ladangmu"".
samar-samar ditemukannya
bingkisan yang ibu janjikan.
dibalik gaun yang rindang, tangis ibu terdengar seperti nyanyian lantang di telinga anaknya.
8, Desember
Muhammad Najib, penulis aktif sekaligus mahasiswa fakultas hukum semester satu universitas Tarumanagara, Jakarta barat. Puisi ini tentang kematian ibu dari teman penulis.
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.