
SAAT KE LUAR RUMAH
Sejak pandemi terbit
Aku bersiap masuk dalam sepi yang panjang
Mencari cita –cita yang kabur dari renungan
Sejak lulus dan menjadi beban negara
Aku melihat para ayah beternak nasib sepanjang jalan
Ditikam panas matahari yang semakin tajam
Tubuh bersimbah pegal dibasuh keringat
Ditimbun hutang tanggungan
Aku melihat para ibu memasak batu
Sembari melukis air mata di wajahnya
Menumpahkan kata –kata tunggu
Pada anak anaknya yang sebentar lagi sekarat
Aku melihat anak –anak diterkam debu asap kendaraan
Menyanyi ke sana kemari
Tak ada lagi pulpen dan buku
Hanya ada semagat yang perlahan sayu
Aku melihat orang –orang antre sembako
Peninggalan penguasa yang entah kapan masuk penjara
Mengantongi butiran rejeki rakyat saat pandemi
Aku melihat pasar –pasar ditumbuhi kerumunan
Memenuhi hawa nafsu dan diskonan
Yang sudah terkekang
Aku meihat rumah ibadah gersang
Jarang ditumbuhi doa –doa para jamaah
Zikir – zikir mengental di atas sajadah rumah
Aku melihat anak sekolah beribadah daring
Mengerjakan tugas yang beranak pinak
Dari pagi hingga lupa tanggal dan hari
Aku melihat para janda kehilangan kasih sayang
Aku melihat buruh pakbrik meratapi gajinya
Aku melihat pedagang kecil berkelana dalam sunyi
Aku melihat makam –makam berkembang biak
Aku melihat sanak keluarganya membekukan air nata
Aku melihat tubuhku diikuti bayang
Semakin lama samar dan memudar
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.