
Pelabuhan Terakhir
Ku adalah nahkoda kesepian
Berlayar tanpa arah dan tujuan
Menerawang cakrawala penuh kebingungan
Berlabuh dari satu tepian ke tepian lainnya
Mencari pantai nirmala ‘tuk bertaut
Namun tak kunjung di tempat
Mengambang di atas hamparan samudra gelap
Badai selalu menerjang
Tanpa kenal masa
Bahkan sebelum jiwa tersadar
Sering kali ku merasa gagal
Ingin ku menyerah
Apa ku bolongi saja kapal?
Mereka-reka peta kehidupan
Bernavigasikan bintang-bintang
Membuntuti siang demi siang
Untungnya ku tak datang tanpa perbekalan
Dihadiahi harta mukjizat
Hadir beratus tahun lalu oleh Sang Pemurah
Cahaya nya yang tak pernah sekalipun padam
Rembulan pun malu menampakan dirinya
Ketika ku buka dan ku telusuri tiap-tiap fathah, kasrah, dan dhummah
Ia bersinar bagai mercusuar
Menunjuki jalan ke pelabuhan terakhir
Mengungkap tabir kesesatan
Dan ku dihantarkan pada pantai berpasir putih
Jangkarku tertambat, layar terikat
Ketika telah dititik terakhir
Setelah berkawan dengan badai
Kaki melepas ke bibir pantai
Telah raib nahkoda
Digantikan pengembara yang siap pulang
Daratan yang telah lama ku sangka
Semua terbayar
Rasa rindu yang lama kusimpan dalam lumbung kapal
Aroma laut nan amis dan terik mentari menguap
Digantikan aliran sungai susu dan bau kasturi
Akhirnya sampai jiwa pada Pelabuhan terakhir
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.