KEMBALINYA SANG JUARA - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 "KEMBALINYA SANG JUARA

Karya: Rizki Novelina

Riuh penonton memenuhi seisi ruangan seraya bertepuk tangan atas keberhasilan sang juara yang dibanggakan. Suasana haru dan bahagia seakan menyelimuti jagat raya dengan kemenangan. Hingga akhirnya kegagalan itu menghampiri sang juara. Cacian dan makian terlempar sangat mudah kepadanya, isak tangis membasahi pipi tak membutnya dikasihani dan disemangati kembali.

“ untuk apa kita datang ke sini jika hanya melihat kekalahan.” Ucap seorang penonton sambil melemparkan sertas kepada sang juara yang ditimpa kegagalan. Semua orang pergi meninggalkannya sendirian, seakan badai besar menghampiri begitu saja tanpa aba-aba.

Matahari bersinar dari upuk timur memancarkan keindahannya di sebuah desa yang dikelilingi pegunungan. “tuk,tuk...”terdengar seseorang mengetuk ke sebuah kamar yang terlihat kosong. “Nay buka pintunya!” suara lembut seorang ibu di depan pintu.”Iya bu” teriak anak gadis seraya bergegas membukanya.

“Nay hari ini kamu mau latihan?” tanya ibu kepada Nayla, ya sang juara yang sedang tertimpa badai besar.”Iya bu, kegagalan kemarin membuatku semakin bersemangat berlatih untuk kejuaraan berikutnya” jawabnya penuh semangat.”oke, jangan lupa bawa bekal untuk nanti siang ya, ibu sudah siapan di dapur”pinta ibu kepada Nayla.”siap laksanakan komandan” seraya tertawa dan dan langsung bergegas ke dapur untuk mengambil bekal yang telah ibunya siapkan.

Suara burung berkicauan menemani hangatnya sang mentari pagi yang mengiringi langkah Nayla menuju tempat latihan Bulu tangkis. Jarak yang sangat jauh tak menjadi halangan untuk tetap berjuang dan berusaha untuk kembali mejadi kebanggaan semuanya. Tapi, tak semudah itu semangat itu bertahan di dirinya. Disepanjang perjalanan dia harus mendengar teriakan cacian orang sekitar.

“Udah kalah masih aja so soan mau latihan, paling nanti akan kalah lagi” teriak seorang wanita seumuran dengan ibunya yang seakan berusaha mematahkan semangatnya. “Mau menjemput kekalahan lagi ya?” tanya Rima seraya tertawa. Tapi semuanya berlalu begitu saja di telinga Nayla tanpa ia masukan ke dalam hati. “Ayo kamu bisa Nay!” ucapnya dalam hati untuk meningkatkan semangatnya lagi.

Sesampainya ditempat latihan, Nayla langsung disambut hangat oleh pelatihnya “Nay hari ini kita langsung latihan fisik ya” ucap coach Hendra.” Siap coach” ucap Nayla seraya menyimpan tas yang ia bawa dan langsung mengikuti arahan sang pelatih.

Berjam-jam dia berlatih tibalah saatnya ia pulang. Di perjalanan pulang dia harus siap lagi dengan hujatan dengan kalimat yang menusuk dada. Sesak di dada tak bisa ia bendung begitu saja, iapun berlari sekencang-kencangnya agar lebih cepat sampai ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia langsung memluk ibunya dan tangisnya langsung pecah dipelukan sang ibu.

“sabar ya, kita sekarang sedang di bawah. Akan ada waktunya kita naik ke atas lagi. Ingat! Roda itu berputar sayang, Nayla anak ibu yang paling kuat pasti bisa menghadapi semua ini. Kamu harus tetap semangat dan tunjukkan bahwa kamu bisa!” kalimat ibu yang bisa membuatnya tenang dan berhenti menangis.”iya bu” jawab Nayla pelan,”yaudah kamu sekarang mandi terus sholat, berdo’a minta sama Allah agar diberi keikhlasan dalam menjalani semua ini, abis itu kamu istirahat”titah ibu kepada Nayla.

Malam tiba begitu cepat, Nayla langsung bergegas tidur agar besok bisa berlatih kembali. Pagipun tiba menyambut Nayla yang sudah siap untuk berangkat. Seperti biasanya Nayla harus menelan pahitnya omungan orang-orang yang berusaha mematahkan semangatnya dan seperti biasa dia hiraukan begitu saja dan terus lurus dengan tujuannya, yaitu menjadi juara.

Hari demi hari ia lewati denga ribuan rintangan yang telah ia hadapi, sampailah pada saat yang ditunngu, yaitu pertandingan Bulu tangkis tingkat Nasional yang diadakan di kota. Nayla sangat semangat untuk mengikuti pertandingan kali ini. Kali ini dia percaya kalau dia pasti bisa menampilkan yang terbaik. Ditemani sang ibu, dia berangkat dari desa ke kota untuk mengikuti pertandingan.

Babak demi babak telah ia lewati dengan penuh perjuangan dan kerja keras. “ini saatnya aku tunjukin kalo aku bisa jadi juara” ucap Nayla dalam hati. Tapi tuhan berkehendak lain, pada saat final Nayla mengalami cedera di bagian kaki yang membuatnya tak sanggup berdiri. Iapun dinyatakan sebagai runner up pada pertandingan kali ini.

Meskipun dia mendapatkan medali perak, dia tetap saja dicaci dan dimaki oleh orang-orang yang menyepelekan perjuangannya. “apa-apaan cape-cape latian tapi ga ada hasilnya” teriak orang perempuan seraya menghampirinya, ya itu adalah Rima temannya di sekolah. Nayla hanya tertunduk seraya menangis dipelukan ibunya, hatinya hancur, pikirannya buyar, ternyata ada badai yang lebih besar lagi yang menghampirinya.

Selesai pertandingan, Nayla langsung dilarikan ke Rumah Sakit terdekat. Pelatih dan ibu Nayla menunggunya di luar. Dokter pun menghampiri pelatih dan ibunya Nayla seraya memberikan hasil pemeriksaan Nayla”Setelah kami periksa, Nayla kemungkinan besar akan kesulitan berdiri bahkan berjalan untuk beberapa waktu dan dia harus menggunakan kursi roda untuk membantu aktifitasnya”jelas dokter. Seakan-akan bom waktu meledak begitu saja tanpa aba-aba. Tangis ibunya pecah dan langsung berlari menghampiri Nayla.

“ibu ada apa? Aku gapapa kan bu? Aku masih bisa main bulu tangkis kan bu? Ibu jawab! Coach aku masih bisa latihan lagi kan?” tanya Nayla seraya menangis. “iya kamu akan sembuh, tapi harus mengikuti beberapa terapi setiap bulannya ya” jelas dokter. Air matanya Nayla mengalir deras tiada henti, semangat yang awalnya membara tiba-tiba pudar begitu saja, kepercayaan diri yang menggebu harus hilang begitu saja dan tidak ada kata lain selain sabar dan ikhlas.

Untuk kali ini memang sudah tidak terdengar lagi suara-suara bising yang berusaha mematahkan Nayla. Tapi, patah itu datang dengan sendirinya tanpa melihat situasi dan kondisi. Karena kondisi Nayla yang harus bolak-balik Rumah Sakit, akhirnya Ibunya memutuskan untuk pindah rumah dekat Rumah Sakit agar tidak terhalang jarak untuk kesembuhan putrinya. Setelah pindah, ternyata mereka mengalami kesulitan ekonomi hingga tak sanggup untuk pergi terapi lagi. Melihat ibunya pontang-panting mencari uang, Nayla merasa iba dan merasa bahwa semua ini karena dirinya.

“Bu, aku ga usah terapi lagi ya, buat apa aku terapi kalo ibu menderita? Buat apa aku bisa jalan toh aku gaakan main bulu tangkis lagi”jelas Nayla. Mendengar ucapan Nayla ibunya sangat marah”yang ibu punya cuman kamu Nay, kamu harapan ibu satu-satunya, kamu harus bisa bangkit, kamu pasti bisa jalan lagi, kamu pasti main bulu tangkis lagi” tegas ibu. “buat apa bu? Aku gaakan main lagi, semangatku udah hilang bu, rasa percaya diriku udah gaada lagi bu, udahlah jangan maksain lagi, lagian kalo aku main lagi apa bakal menang? Apa bakal dipandang lagi? Atau bakal dicaci lagi?” ucap Nayla dengan nada tinggi seraya meninggalkan ibunya.

Dipatahkan semangat oleh keadaan dan hilangnya percaya diri membuat Nayla tak ingin lagi bermain bulu tangkis. Padahal menjadi atlet bulu tangkis adalah cita-cita Nayla sejak kecil. Kondisi Nayla yang kemungkina akan memerlukan waktu lama untuk bisa berjalan, iapun berfikir untuk bekerja membantu ibunya untuk makan sehari-hari. Dengan begitu ia tak akan merasa gagal lagi.

Tapi keinginannya untuk bekerja dibantah oleh ibunya, ia pun kesal dan pergi dari rumah untuk menenangkan pikirannya. Ia pergi ke taman yang ada di dekat rumahnya dan melihat anak-anak ke sana kemari sambil tertawa dan itu membuat hati Nayla tenang. Tiba-tiba Nayla dikagetkan dengan suara seorang wanita yang bertanya padanya.

“Kamu Nayla yang pebulu tangkis itu kan?”. “dulu mba” jawab Nayla sambil tersenyum,”loh ko dulu?” tanya wanita itu terheran-heran.”Mba bisa lihat sendiri kondisi saya gimana sekarang, saya udah ga bisa jalan, kemana-mana harus pakai kursi roda, terapi juga progresnya lambat, butuh waktu dan uang banyak buat saya sembuh mba dan menurut saya itu hanya membuang waktu saya” jelas Nayla. “Proses penyembuhan itu bisa lebih cepat jika orangnnya semangat untuk sembuh dan tak pernah mengeluh, dulu juga saya pernah merasa lelah dan ingin berhenti membawa anak saya ke Rumah Sakit karena dia kesulitan berjalan sejak kecil, tapi suami saya dan senyuman anak saya yang membuat rasa lelah itu hilang tergantikan dengan semangat tinggi untuk anak saya. Anak saya juga suka banget sama kamu, dia bilang kalo sudah bersar mau jadi pebulu tangkis kaya kamu.” Jawab wanita itu sambil merangkul Nayla.

Mendengar ucapan wanita itu, Nayla jadi mengingat semangat ibunya untuk kesembuhannya. Rasa semangat untuk sembuh pun muncul kembali pada diri Nayla. Sejak saat itu, Nayla kembali menjalani terapi dengan penuh semangat. Berselang 2 bulan, Nayla pun dinyatakan sembuh total oleh Dokter yang memeriksanya. Perasaan Nayla sangat campur aduk, kini dia bisa berlari, bisa melompa dan bisa bermain badminton lagi.

Esoknya ia langsung bergegas ke tempat latihan dengan semangat baru yang ada di dirinya. Dia menyapa pelatih dan seluruh rekannya dengan penuh semangat dan ceria yang membuat rekannya semangat untuk berlatih dan pelatihnya pun semangat melatih. Latihan kembali pasca cedera membuat Nayla harus beradaptasi lagi dengan lapangan, tapi itu semua tak jadi masalah untuk Nayla. Baginya kembali berlatih dan bermain bulu tangkis adalah hadiah terindah dalam hidupnya.

Setelah sekian lama berjuang untuk bisa berjalan dan berlatih habis-habisan, tibalah pada saat yang ditunggu-tunggu, yaitu pertandingan. Babak demi babak ia lewati dengan penuh kepercayaan diri yang sudah kembali lagi pada dirinya membuatnya merasa tenang dan lancar untuk menjalani semuanya. Tiba di babak final membuatnya agak sedikit gugup, tapi rasa gugup itu hilang setelah ia mlihat ke bangku penonton. Di sana ada ibunya dan wanita yang menemuinya di taman bersama anaknya.

“huft, aku pasti bisa semangat!!!” ucapnya ketika hendak bermain. Point demi point ia dapatkan dengan penuh ketenangan dan keyakinan bahwa ia akan menang saat ini. Keyakinan itu membaya Nayla kepada keberhasilan, ia menghadiahkan kemenangannya untuk orang-orang yang ia sayang dan untuk orang-orang yang pernah mencacinya dulu. Sambil tersenyum dan menaiki podium dia melihat seluruh isi gelora yang memberikan tepukan yang sangat meriah untuknya. Ini adalah suasana yang ia rindukan, suasana di mana ia merasa dihargai dan dibanggakan kembali.

Setelah turun, Nayla langsung menghampiri ibunya serta pelatihnya untuk mengucapkan terimakasih atas jasanya yang membuat Nayla dipandang kembali. Ia juga tak lupa dengna wanita yang mengembalikan kepercayaan dirinya, ia langsung menghampirinya dan berterimakasih sudah menemuinya waktu itu, ia juga memberikan semangat kepada anak wanita itu bahwa anak itu kelak akan menjadi seperti dirinya.

Sesampainya di rumah, Nayla dan ibunya terkejut dengan kehadiran orang-orang yang pernah mencacinya dulu di halaman rumahnya. Mereka semua meminta maaf kepada Nayla dan ibunya, mereka merasa bersalah atas ucapannya dulu. “ kami minta maaf atas perlakuan kami yang kurang menyenangkan kepada kalian” ucap salah seorang dari mereka, “sudah kami maafkan ko” jawab Nayla sambil tersenyum.

Sungguh kehidupan itu seperti roda berputar, kadang kita di atas, kadang kita di bawah. Saat kita di atas kita harus bersyukur karena semua itu atas karunia Tuhan Yang Maha Esa. Saat kita di bawah kita harus tabah dan menyerahkannya kepada tuhan, biar tuhanlah yang mengatur semuanya."


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.