Hope at The End of The Twilight- Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


 "Nama : Sri Wahyuningsih 


Hope at The End of The Twilight


“Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari Ku, dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan Ku.” (Q.S At-Thaaha:39)

    

Selama lima tahun, Khalisa memendam rasa kagum nya terhadap sosok itu, sosok yang menjadi motivator dalam hidup nya, mereka hanyalah sebatas Ustadz dan murid saja, tidak lebih, bahkan tidak boleh lebih. Rasa kagum yang terkadang menjelma menjadi rindu dan cinta, kian mengganggu perasaan serta hati Khalisa. Ia selalu merasa bersalah karena telah mencintai sosok yang menjadi gurunya itu. 

“Kamu yakin Za punya rasa sama Ustadz Afif ?” pertanyaan Harumi benar-benar mengiris batin Khalisa, yang seolah-olah Khalisa tidak lah pantas untuk Afif.

Za, itulah sebutan dari teman-teman terdekat Khalisa. Khalisa Aiza Az-Zahra namanya.

    “Aku juga nggak tahu Rum, aku harus gimana. Tapi aku Cuma kagum aja kok sama kak Ustadz, kamu kan tau dia itu motivator terhebat aku hehee.” Kalimat Khalisa cukup sedikit menyanggah pertanyaan Harumi.

               "" Oooh kirain rasa yang berbentuk cinta gitu Lo Za hahaa"" ledek Harumi.

               "" Ya enggak lah gila aja Rum, aku kalo mau cinta sama tu Ustadz, harus sadar diri banyak-banyak tau gak ?""

Memang Khalisa tidak terlalu pandai dalam pelajaran ngaji, dia hanya memiliki kelebihan cepat menghafal, sejati nya Khalisa pintar, hanya saja ia tidak tekun dalam belajar, dan memiliki sifat gampang putus asa. Padahal tadi nya dia sering sekali mendapat juara di kelas ngaji nya. Tapi ntah karena apa dia menjadi anak yang pemalas. Khalisa memiliki  senyum yang sangat  manis, yang terkadang membuat lelaki ingin mendekatinya. Tetapi Khalisa adalah sosok yang sangat tidak menyukai apabila banyak laki-laki yang berusaha mendekati nya. 

Ntah karena hati nya telah terpaut kepada sang Ustadz atau bagaimana. Tetapi yang jelas ia tak memiliki pemikiran untuk menjalin hubungan yang dinamakan pacaran, meskipun hampir semua kawan-kawan nya memiliki pacar, dan hampir setiap hari ia selalu mendengar kan curahan hati Sang sahabat tentang kekasih nya. Tetapi ia tetap teguh dalam pendirian nya. 

""Za kenapa si kamu gak nyari paacar aja ?"" Pertanyaan Nurul membuat Khalisa sedikit jengkel. 

          ""Buat apa kita lama-lama pacaran, ngabisin waktu, tenaga, bahkan biaya, kalo pada akhir nya bukan dia lah yang Allah tetap kan""

       "" Iya juga si ya Rul, berarti kita salah ya Za? Sahut Harumi menimpali pernyataan Khalisa.

   "" Iya ya Rum"" sahut Nurul

       "" Udah mendingan kita minta petunjuk aja sama Allah, biar kita gak nyia-nyia in waktu kita buat orang yang bukan jodoh kita Hehee. Eeh maaf ni bukan nya sok apa ya, Udah lah inti nya itu kan hak kalian, gimana baik nya aja menurut kalian"" 

Meskipun ia bukan anak yang pandai, tekun, rajin, disipilin, tetapi Khalisa bisa menjadi orang yang sangat bijaksana dalam memberikan argumen-argumen, Hingga dia sering kali menjadi tempat curhat bagi teman-teman nya.

Di sepertiga malam nya, ia selalu bercerita tentang apa yang dirasakan nya.

""Yaallah Ya Rabb, inilah rasa yang kumiliki untuk nya, ciptaan mu yang begitu indah, Yaallah akan kah Engkau memperkenan kan rasa ini sampai kepadanya ?"" Iza tau yallah kalau Iza tidak lah pantas untuk nya. Kak ustadz terlalu baik untuk Iza. Pasti Engkau telah menggaris kan jodoh untuk nya seorang wanita yang baik pula"". 

Keesokan harinya, dikelas ngaji.

""Ayo Khalisa dibaca kitab nya !""

""Gila Weh, kitab ku gak lengkap kan kemaren aku gak berangkat"" Khalisa mengadu ke teman sebelah nya. 

""Ayok udah gak papa ngomong aja kemaren gak berangkat"" Harumi memberinya semangat

""Oke, bissmillah""

""Khalisa, ayok maju dibaca kitab nya !""

Ba-ba-baaik Ustadz.""

""Ayok dibaca halaman tujuh !""

""Maaf ustadz kemaren Khalisa nggak berangkat""

""Kenapa nggk berangkat, nggk tanya sama temen nya ? ! 

“Ini pelajaran ya buat kalian semua, jangan pernah menyepelekan  hal-hal kecil, coba lurusin lagi niat kalian ke pesantren ini mau ngapa ? Mau nyari cowok ? Buat yang cewek"" ni ya, cowok tu gak selalu nyari wanita yang cantik, yang pandai berdandan, atau yang lain, yang mereka cari itu kebaikan akhlak nya, pandai dalam urusan agama, nggk cuma cantik tapi bodoh dalam kebaikan, cuma suruh baca bab awal saja gak bisa, nanti ketika berkeluarga keturunan kalian itu, kepintaran nya menurun dari ibu nya, lah kalo kalian seperti ini, mau seperti apa anak kalian kelak ha ?” ntah lah mlm itu sepertinya sang ustadz sangat sensitif.

""Udah lah Za, kalo kamu masih nyimpen rasa buat itu Ustadz yang ada kamu makin nyesek Za” sambil memeluk Khalisa.

“Iya Rum udah nggak kok, aku cum ngerasa  sakit aja sama kata-kata nya Ustadz Afif, emangnya aku sebodoh itu ya Rum ? aku maluu, hiks hiks” Khalisa menangis dipelukan Harumi.

Gara-gara kejadian itu Khalisa di kelas diniah nya menjadi pendiam, yang biasa nya aktif, selalu bertanya kepada ustadz yang mengajar, kini tidak pernah lagi.

Khalisa didepan semua orang memang terkenal menjadi cewek yang berisik, tapi dibalik itu semua dia juga memiliki kepribadian yang sangat baik, sejatinya ia adalah wanita yang sangat lembut, tekun dalam beribadah, bahkan shalat sunnah pun tidak pernah ia tinggalkan.

Pukul 02:17 Khalisa terbangun dan  melihat jam, ternyata ada nomor baru yang mengirimi nya pesan singkat, dan ternyata itu ustadz yang sudah membuatnya sakit hati.

“Assalamu’alaikum..

Mbak ini saya Afif, saya mau minta maaf atas kata-kata saya waktu itu, yang tentunya menyinggung, bahkan menyakiti hati mbak Khalisa”

“Apa-apaan kek gini, bikin tambah nyessek aja. Gak mau bales pokoknya” gerutu nya sambil pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, khalisa pergi tanpa membalas pesan dari ustadz Afif.

Setelah melakukan shalat malam, ia berniat memaafkan Afif dan membalas chat darinya. 

“waalaikumussalam ustadz. Tidak apa-apa” 

Berawal dari chat itulah justru Afif malah merasa nyaman dengan kebodohan dan kekonyolan Khalisa. 

Bahkan Afif memberanikan diri menyatakan cintanya kepada Khalisa, dan dia menjadi sering mencari tahu tentang khalisa ke teman-teman khalisa. 

“Tapi Tadz, Khalisa tu gak cocok sama Ustadz, Khalisa tu bodoh gak pinter kayak Ustadz, ustadz tu seharusnya dapet istri yang kaya ustadzah gitu, bukan kaya Khalisa, kalo istri ustadz kaya Khlisa terus nanti anak nya mu kaya apa ?.” Afif tersinggung dengan apa yang baru saja Khalisa uccapkan, ia masih merasa bersalah dengan kejadian pada saat itu.

“Hehee becanda ustadz.” Sikap seperti itulah yang membuat Afif menyukai Khalisa. 

Beberapa bulan kemudian Afif tidak pernah lagi mengabari Khalisa, bahkan ia berhenti mengajar di kelas Khalisa, Khalisa pun memberanikan diri untuk menanyakan kabar Sang Ustadz itu, ia merasa kehilangan. Memang dari dulu Khalisa menganggap sang ustadz sebagai motivator nya, karena hampir semua yang keluar dari lisan nya hanyalah kata-kata yang bijaksana dan memotivasi.

“Assalamualaikum Ustadz, ustadz kenapa udah lama nggak ngasih kabar ke Khalisa, kata nya ustadz suka sama Khalisa ? tapi kenapa malah sekarang ustadz ngilang ?” 

Hampir genap satu minggu pesan dari Khalisa baru saja ia balas.

“waalaikumussalam Khalisa, maaf aku sibuk  sekarang”

“seenggaknya kan ngabarin lo ustadz !” oceh Khalisa, yang tidak dibalas oleh sang ustadz idola nya itu.

Tiba-tiba si tukng rumpi pondok datang menghampiri Khalisa.

“Mbak iza tau gak si ? ternyata hampir 2 mingguan ini kan ustadz Afif gak pernah ada ya di pesantren ini, gak pernah keliatan gitu, kemana coba ?”

“Kemana Naya ? emang Naya tau to?”

“tau mbak, katanya si Ustadz Afif lagi ngelamar mbak, dimana itu ya rumah pacar nya, ntah lah aku lupa”

Khalisa sudah tak mampu lagi mengeluarkan kata-kata dari mulut nya, hanya sakit lah yang saat ini ia rasakan.

“Yaudah ya mbak aku tak njemurin baju dulu, nanti lagi kalo Naya punya bahan tak kasih tahu lagi mbak Khalisa nya” Khalisa hanya menjawab dengan anggukan kepalanya.

Kembali lagi ia mengadukan sakit ke Allah, lewat sepertiga malam nya.

“Yaallah masak ustadz sejahat ini sama Khalisa Yaallah?, apa bener karena Khalisa bodoh ? jadi ustadz gak mau kalo harus bareng sama Khalisa, terus kalo bakalan kaya gini, kenapa waktu itu ustadz bilang kalo ustadz suka Khalisa Yallah?” 

Sulit untuk menyembuhkn batin Khalisa, tapi dengan adanya kejadian itu lah Khalisa semakin percaya dengan takdir Allah.

“Yaallah Khalisa minta ampun Yaallah, khalisa merasakan sakit hati yang seperti ini mungkin karena Khalisa terlalu berharap lebih kepada hamba –Mu bahkan melupakan Engkau Yaallah, Khalisa janji Yallah, Khalisa nggak mau lagi mencintai seseorang yang bukan mahram khalisa Yaallah, tuntun lah Khalisa Yaallah, Khalisa yakin Engkau telah menyiapkan sosok pendamping untuk Khalisa kelak, Khalisa Ikhlas melepas Ustadz Afif Yaallah, bahagiakan lah dia, biarpun Khalisa masih mencinti ustadz, khalisa akan berusaha melepasnya Yaallah, sejauh apapun Engkau memisahkan kami saat ini, apabila benar kami berjodoh maka dengan kuasa Mu lah semua nya akan berbalik.”

Ternyata benar, sejauh apapun Allah memisahkan dua insan yang berjodoh, maka kelak akan Allah pertemukan kembali mereka dalam situasi yang lebih tepat. Ternyata wanita yang hendak Afif pinang, ternyata sudah memiliki tunangan, yang Afif sendiri baru tahu. Ia patah hati, ingin kembali dengan Khalisa, yang kini sudah berubah drastis menjadi wanita yang shalihah, smart, bahkan sering mengikuti perlombaan yang berkaitan dengan agama, kini telah banyak pencapaian Khallisa, Afif ingin langsung menikahi Khalisa tetapi ia merasa sudah terlalu banyak menyakiti Khalisa. 

“Mana mungkin dia mau nerima aku lagi ?, khalisa yang sekarang bukan lah Khalisa yang bodoh yang pernah aku kenal dulu” Afif berbicara sendiri, dengan perasaan yang sangat gelisah.

“ Mbak Khalisa dipanggil Pak Kyai” 

“Waduh kenapa ya kok aku deg-deg an Rum ?”

“udah nggak papa palingan suruh mijitin Ibu Nyai  hehee” jawab Harumi sahabatnya.

Sesampainya dirumah sang Kyai ternyata disitu sudah ada Afif.

“Begini Afif, Khalisa, Abah pengen kalian berdua menikah, niatkan lah cinta kalian karena Allah, apakah kalian bersedia ?” pertanyaan dari sang kyai bagaikan petir yang menyambar kedua nya. 

Memanglah betul diantara keduanya masih saling menyimpan perasaan satu sama lain.

“Iya ndok, le Ibu juga pengen kalian nanti yang bisa bantu-bantu Abah sama Ibu buat mengembangkan pesantren ini, kalau Cuma Abah sama Ibu saja sepertinya kami tidak mampu, mau ya ndok, le ?” 

“In Syaa Allah Abah Ibu Afif bersedia, Afif niatkan cinta ini mencari Ridha Allah, dan mencari barokah dari Abah dan Ibu, Bissmillah Afif bersedia” jawaban tegas nan bijaksana dari Afif membuat Khalisa terpesna.

“Alhamduliallah, kalau kamu gimana ndok?” 

“In Syaa Allah Abah Ibu Khalisa juga bersedia, dengan alasan yang sama dengan ustadz Afif”

“Okee alhamdulillah kalau seperti itu, semoga llah memperlancar semuanya, dan semoga mendapatkan Ridha dari Allah Swt. Aamiin 

Masyaallah ini lah kuasa Allah yang telah merahasiakan jodoh. Jadi kita tak perlu risau mengenai perihal jodoh.

Dalam Q.S. An-Najm:45 

yang artinya 

“bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.”

Dari firman Allah diatas sudah jelas bahwa Allah sudah menetapkan jodoh kita, Allah telah menjamin keberadaan nya. Jadi kita sebagai umat yang beriman tak perlu khawatir tentang jodoh, tugas kita hanya lah memperbaiki diri. 









"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.