Kucing jalanan - Kumpulan Cerpen

 










Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu cerpen dari peserta Lomba Cipta Cerpen Tingkat Nasional Net 24 Jam. Cerpen ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Sebuah Cerita Tentang Kepergian". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.net24jam.com/2021/10/lomba-cipta-cerpen-tingkat-nasional-net.html


Selamat Menikmati Cerpen di bawah ini:


Kucing jalanan


Malam itu Dinda pergi ke suatu tempat yang biasa orang menyebutnya tempat untuk melepas pusing. Hampir setiap malam ia selalu pergi ke tempat itu hanya seorang diri dan akan pulang tengah malam jika merasa sudah bosan. Dia berjalan memasuki tempat itu. Kulitnya yang putih serta wajahnya yang cantik akan membuat tertarik setiap mata yang memandangnya. Semua pria di sana tentu tertuju kepadanya dan berdecak kagum. Namun, sebaliknya ketika ada banyak mata mengaguminya, dia hanya bisa melihat dengan pandangan sinis. Malam ini dia benar-benar terlihat begitu sempurna secara penampilan. Dia menggunakan baju model sexy crop top lengan panjang warna putih yang tentu saja akan membuat terlihat semua lekukan tubuh indahnya. Bawahannya dia menggunakan mini skirt rempel kotak-kotak warna toska dan sneakers wana putih. Serta rambutnya yang hitam berkilau dengan panjang sebahu selalu terurai rapi menambah dia semakin terlihat sempurna. Dengan penampilannya yang seperti itu tentu orang akan mengira bahwa dia masih mahasiswa baru bahkan lebih muda dari itu. Namun, ternyata tidak karena dia adalah salah satu mahasiswi semester tujuh di universitas ternama di ibu kota.

Setelah dia memasuki tempat itu dia langsung menuju meja bartender dan langsung duduk di kursi dengan menyilangkan kakinya. Karena dia sudah terbiasa datang ke tempat itu tentu saja sudah ada seorang bartender yang langsung menyambut hangat kedatangannya.

“Hai, manis”

“Hai”

“Mau pesan apa? Silakan”

Tentu saja dia langsung menyapa hangat karena memang Dinda sudah sering datang ke tempat itu. Dia pun langsung memberikan daftar menu untuk Dinda. 

Dia adalah satu-satunya orang yang selalu setia mendengarkan curhatan Dinda di setiap malam kapan pun Dinda memerlukannya. Memang dia bukan siapa-siapa bahkan tidak hubungan apapun. Namun, Dinda merasa bahagia ada yang selalu mendengarkannya dan mengerti keadaannya. Dia adalah salah satu bartender di tempat ini. Untuk seorang laki-laki tentu dia sangat keren jika dilihat dari penampilan. Dengan model rambut taper fade yang membuat bagian belakang dan samping terlihat lebih rapi. Dan terlihat menggunakan gel rambut di setiap ujungnya supaya terlihat lebih rapi. Baju kemeja merah yang digunakan dengan tiga kancing atasnya terbuka dan bagian lengan dilipat ke atas membuat bartender ini semakin keren. Apalagi dengan sentuhan rompi warna hitam dan nametag di sebelah dada kirinya dengan tulisan Gerry. Iya namanya adalah Gerry. Setiap Dinda datang mendatanginya tentu saja dia akan memberikan senyumannya yang membuat Dinda akan kembali terus ke tempat itu karena di sini Dinda bisa merasa lebih nyaman.

“Aku ingin cocktail. Kira-kira apa yang cocok untukku?”

“Kalau untuk kamu aku rekomendasikan yang ini, killing me softly.” Katanya sambil menunjuk ke menu yang Dinda pegang.

“Mmm…Killing me softly itu apa?”

“Biar aku jelaskan. Jadi, killing me softly itu signature cocktail-nya yang ada di tempat ini. Dengan karakter creamy karena ada konten baileys dan fresh milk dan dikombinasikan dengan cokelat. Untuk kamu sih cocok banget.”

Gerry tahu Dinda bukan seorang gadis peminum. Di mata Gerry, Dinda hanya seorang pemula yang hanya ingin mencoba sensasi minum alkohol karena stress saja. Cocktail ini memang kadar alkohol nya sudah lebih tinggi dari beer atau wine, tapi ada rasa manis di dalamnya sehingga Dinda tetap bisa menikmatinya.

“Yaudah deh, buatkan aku satu.”

Gerry pun langsung bergegas untuk meracik cocktail yang barus aja dipesan oleh Dinda. Dan setelah selesai langsung memberikannya kepadanya.

“Ini dia, killing me softly” Katanya sambil memberikan cocktail itu kepada Dinda dalam gelas martini. Kelihatannya sepertinya enak karena cocktail-nya yang berwarna putih serta ada lelehan cokelat di atas gelasnya. Tidak hanya itu, karena di atas gelasnya pun ada wafer yang dibalut cokelat tebal. Setelah melihatnya Dinda pun sangat tertarik melihatnya dan langsung meminumnya satu teguk saja.

“Racikan kamu keren deh.”

“Makasih, manis”

Kali ini Dinda sudah meminum hampir setengah gelas cocktail yang dipesannya. Setelah itu, tentu yang dilakukan Dinda hanya mengobrol sampai dia puas dan untungnya Gerry selalu mendengar semua ocehan nya itu.

“Aku sebenarnya gak mau kayak gini terus. Tapi, aku bingung mau ngapain. Di kostan juga kesel makanya aku jadi sering ke sini.”

“Udah sabar, tenang aja ada aku yang bisa dengerin kamu.”

“Gak bisa! Sampai kapan aku harus sabar? Aku capek. Aku hopeless banget. Aku kayak jadi orang paling menyedihkan.”

“Enggak, kamu tenang dulu.” Kata Gerry sambil mengelus tangan kanan Dinda hanya untuk membantu menenangkan. Entah itu sentuhan untuk membuat Dinda tenang atau mungkin Gerry juga sama seperti pria lain yang hanya mengambil kesempatan saja. Namun, yang jelas Dinda selalu senang ketika pria di depannya ini selalu bisa mendengarkan semua celoteh nya.

Malam sudah hampir larut dan cocktail-nya pun tinggal seperempat lagi. Dinda menceritakan tentang kesedihannya kenapa bisa datang ke tempat itu hampir setiap malam. Itu berawal dari sebuah kepergian kekasihnya yang membuangnya seperti kucing di jalan buntu beberapa bulan lalu dan Dinda menceritakan semuanya kepada Gerry karena Dinda belum bisa menerima itu.

Dinda dan kekasihnya bisa dibilang couple goal. Setiap hari Dinda selalu merasa bahagia dengan kehadirannya. Selalu ada di mana hari dia menghabiskan waktu bersama dengannya. Bahkan setiap Dinda merasa sedih dia selalu menghiburnya dan dia lah tempatnya mencurahkan semua kekesalan di hatinya.

Dinda sadar bahwa dia punya kekasih yang sangat baik dan pengertian, mereka sering pergi untuk menonton bioskop, jalan-jalan, makan, pokoknya spend time seharian. Dinda jelas merasa dirinya adalah wanita yang paling bahagia di dunia kala itu.

Dinda sudah sangat dekat dengannya sehingga dia suka bercerita tentang kehidupannya kepadanya, itu karena dia tidak hanya mendengarkan, juga bisa memberikan nasihat dan membuatnya semangat. 

Ada satu hari yang membuat Dinda tidak akan pernah bisa melupakannya ketika kekasihnya mengajaknya jalan-jalan ke taman hiburan, Dinda terlihat begitu senang, mereka bermain seharian, semua permainan mereka coba, mulai dari komedi putar hingga roller coaster. Sampai-sampai mereka lupa waktu. Selama kekasihnya ada di sisinya, tentu Dinda sangat merasa bahagia.

Namun, suatu hari dia tak ada kabar seharian. Dinda mengirim pesan tetapi tidak dibalas, hanya dibaca dan tanpa ada balasan. Mencoba meneleponnya, tetapi malah ditolak. Jujur saat itu Dinda sangat merasa sangat bingung, sedih, putus asa, ke mana dia? Biasanya ada sapaan di pagi hari atau entah apapun itu, tapi kali ini tidak ada satu pun pesan darinya.

Keesokan harinya pun masih sama seperti itu yang membuat Dinda semakin bertanya-tanya dan merasa cemas. Akhirnya Dinda berusaha menjalankan hari-harinya sendirian tak bersamanya lagi. Dinda hanya bisa terdiam, diam, diam, dan hanya diam. Sekarang tak ada lagi yang menghiburnya ketika dia sedih. Tak ada lagi canda tawa karena yang ada hanya kesedihan dan kesepian. Ke mana dia sebenarnya?

Satu bulan berlalu Dinda menghabiskan waktu hanya sendirian tanpa dia yang entah ke mana. Saat Dinda membuka aplikasi pesan lalu tiba-tiba ada pesan dan tentu ini membuat wajahnya kembali berseri seolah bahagia. Benar saja, karena yang baru saja yang memberikan pesan itu dari pacarnya.

Hai, apa kabar? 

Kamu baik-baik ya di sana.

Maaf ya, aku gak ngasih kabar sebulan ini

Pasti kamu nyariin aku ya!

Dinda, aku minta maaf…

Kayaknya kita gak bisa ngelanjutin hubungan ini. 

Maaf, aku gabisa.

Kamu terlalu baik untuk aku yang pengecut, bajingan, berengsek.

Maafkan aku.

Maaf Dinda.


Awalnya yang tadinya Dinda merasa bahagia karena dia kembali lagi memberinya pesan kini seolah-olah wajahnya terlihat menjadi murung. Dinda tak pernah menyangka ini adalah alasan tak lagi menghubunginya selama sebulan. Dinda sangat sedih, air matanya pun meleleh di pipinya. Hancur, sakit, sedih, kesal, kecewa, itulah yang dirasakan Dinda pada saat itu. Dinda merasa dirinya seperti anak kucing yang dibuang di jalan buntu dan tak tahu harus pergi ke mana dan harus melakukan apa.

Satu bulan sejak kejadian itu Dinda sudah tak pernah mendapat kabar apapun darinya. Bahkan nomor dan semua media sosialnya pun sudah diblokir sehingga Dinda akan kesulitan untuk mencarinya. 

Bingung yang terus dirasakan Dinda karena sudah tak ada lagi siapa-siapa yang bisa mendengar dan memahaminya. Itu dulu sebelum Dinda tahu tempat ini dan terus menyalahkan dirinya seolah-olah dirinya begitu menyedihkan. Namun, kali ini tidak karena Dinda sudah menemukan tempat ini dan bertemu Gerry. Gerry bukan siapa-siapa karena dia hanya seorang bartender di tempat itu. Namun, setiap Dinda datang ke tempat itu Gerry akan meracik semua kesedihan Dinda yang membuat sesuatu yang sulit untuk dilupakan.

Cocktail yang ada di gelas yang digenggam nya sudah tingal sedikit lagi dan Dinda langsung meneguknya habis. Dinda sudah merasa penglihatannya agak kabur dan sangat mengantuk. Namun, setelah itu tiba-tiba hand phone nya berdering ada sesorang meneleponnya dan Dinda pun tidak tahu itu dari siapa. Dinda langsung melihat hand phone nya untuk mengetahui siapa yang sebenarnya menelepon malam-malam begini. Namun, karena penglihatannya mulai kabur dia belum tahu siapa yang meneleponnya karena hanya terlihat fitur ‘jawab’ dan ‘tolak’ saja. Namun, sesaat setelah dia menggeser fitur untuk mengangkat teleponnya dan mendekatkan ke telinga dia sudah kehilangan keseimbangannya. Belum juga sampai ke telinga Dinda, hand phone nya sudah jatuh duluan dan Dinda langsung tertidur di meja bartender.

Tamat"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.