Dunia sedang tidak baik-baik saja - Kumpulan Puisi

 








Selamat datang di Lintang Indonesia. Di bawah ini adalah salah satu puisi dari peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Net 24 Jam. Puisi ini lolos seleksi pendaftaran dan dibukukan ke dalam buku yang berjudul,"Lembayung". Klik link di bawah ini untuk informasi lomba: 

https://www.lintang.or.id/2021/10/lomba-cipta-puisi-tingkat-nasional-net.html


Untuk melihat data peserta silakan kunjungi website www.net24jam.com

Selamat Menikmati puisi di bawah ini:


 Dunia sedang tidak baik-baik saja


Mentari masih terbit dari ufuk timur

Pula masih tenggelam di ufuk barat

Namun dunia tampak sangat berbeda

Tak lagi ceria seperti dulu kala

Tak ada lagi senyum tawa

Yang ada hanya tangis duka


Mentari masih terbit dari ufuk timur

Pula masih tenggelam di ufuk barat

Tapi keadaan di jalan tampak seperti akan kiamat

Di rumah sakit banyak orang sekarat

Mulai jarang kulihat orang sehat

Semuanya berebut bangsal tempat berobat


Mentari masih terbit dari ufuk timur

Pula masih tenggelam di ufuk barat

Apakah semua ini konspirasi?

Mengapa begitu dan mengapa begini?

Kapan semuanya diakhiri?

Terlalu banyak pertanyaan dalam lubuk hati


Mentari masih terbit dari ufuk timur

Pula masih tenggelam di ufuk barat

Tidak ada yang bisa disalahkan

Tentang kondisi yang telah ditakdirkan

Maka hanya doa yang bisa dipanjatkan

Semoga semua diberi keselamatan

Yang gugur diberi jembar kuburan

Yang ditinggalkan diberi ketabahan

Amiiin...


Alfatihah untuk bapak


Siang hari dilakukannya segala-gala

Banting tulang,

mandi keringat,

mencari rezeki-Nya

Tangis malam ia bersujud panjang pada-Nya

Keluh kesah,

bermunajat,

rapal doa hanya untuk keluarga

 

Kini tak ada lagi raganya

Hanya ada jiwanya,

bersemayam di hati kami senantiasa

Hanya ada dawuhnya,

terngiang-ngiang di kepala

Hanya ada kenangannya,

hangat di kening dan lekat dikenang kita


Pada saatnya di kehidupan selanjutnya

Semoga kami dipertemukan kembali,

dalam kebersamaan yang amerta

Di nirwana


Bintang penawar rindu


Langit-langit membaca lamunanku

Angin menendangnya ke segala penjuru

Malam ini tiada siapa kecuali langit dan angin yang terus mengusikku

Merusak lamunanku yang sedang merindu

Ku tatap bintang yang hanya satu


Ke mana kawan-kawanmu? Tanyaku

Apa kau sedang rindu, sepertiku?


Maka malam ini, biarlah aku memelukmu

Menuntaskan dahaga kerinduan yang membelenggu

Semalam saja, menjelma kiranaku"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.