PUISI Alkisah


Selamat datang kembali di Lintang Indonesia, ini adalah puisi salah satu peserta Lomba Cipta Puisi Tingkat Nasional Lombaterbaru x infolombapuisi Deadline 1 Oktober. Puisi ini salah satu dari sekian banyak puisi yang dibukukan ke dalam buku yang berjudul, "Fantasy".

Untuk informasi lengkap lomba ini silakan klik di sini

Cover Buku Fantasy


Selamat menikmati puisi di bawah ini:



 Alkisah


Pernah aku bermimpi, untuk selalu melalui semua anca denganmu hingga mati.

Namun, nahas kau sendirilah yang membuat asaku hilang terbengkalai.

Pernah juga aku berangan, kalau kau dan aku akan menjadi tuan puan yang menanamkan sejuta harapan, perihal harsa dimasa depan.

.

Senja kesekian.

Aku yang mulai samar menyecap kenangan, mendadak dibangkitkan.

-Dia kembali-

Aku yang bersorai hening kala melihat siluetmu bening. 

Terisak sembari kau terus berjalan kemari.

Semakin dekat, hingga kau masuk dalam jangkau pandangku. 

Sampai akupun tercekat. 

Aku menatap manik mata itu. 

Lama terus masuk menerabas ke dalam. 

Namun, tak lagi kutemukan diriku disana. 

Ada kilat bayang wanita lain. 

Dan benar saja, sepuluh langkah dibelakangku seorang wanita sedang terduduk manis. 

Menunggu. 

Maka demikian tandas sudah semua.

Paten jelas di depan mata.

.

Bahwa datangmu tak pernah upayakan temu bagiku. 

Hadirkan harapan semu lalu lara berjebu pilu. 

Nahas! 

Rasa itu hilang tak membekas. 

Aku kira temu terakhir kita kisahkan bahagia. 

Lalu kamu pergi dan aku berjuang sendiri. 

Mengikhlaskan separuh hati yang telanjur mencumbu sepi.

.

Tahu rasanya? 

Menahan rindu kala malam dingin merindingkan bulu.

Kala sembirit angin desiskan sendu bergumul kelu. 

AKU SENDIRI.

Menahan berjubai terpaan clurit jeritan hati. 

Sekarang, saat kukira harapku bertemu empunya. 

Kita tamat tanpa aba. 

Tragis.

.

Maka izinkan aku untuk hilang tanpa jejak, tanpa secercah cahaya, tanpa setitik rasa penyesalan di depan mata. 

Izinkan aku untuk berpura-pura melangkah menjauhimu di kala aku sesak tak tereja. 

Terbungkam fatala.

.

Aku memang memegang pergi, tapi kembalipun bukan hal yang kunikmati.

Ini bukan kisar kebencian, tapi kisar bagaimana caraku mengobati diri tanpa memicu pertikaian.

Susah memang dengan segundah kalut-kemelut perihal mencintai diri sendiri atau tidak lagi sendiri tapi tersakiti.

Tapi diri kitalah yang paling mencintai dan dengan kita mencintai diri sendiri kita mampu melangkah pasti menjejaki asma-asma cinta lainnya berkat dukungan diri sendiri.

"


Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.